Sabtu, 23 November 2024

Mengenal Pseudobulbar Affect, Penyakit Tawa Tak Terkontrol yang Dialami Joker

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Salah satu adegan dalam film Joker, saat pemeran Arthur Fleck tertawa di dalam bus karena Pseudobulbar Affect. Foto: imdb.com

Dalam film Joker, karakter Arthur Fleck digambarkan tak bisa mengontrol tawa. Dia bisa terbahak-bahak meski perasaannya sedang sedih atau gundah.

Tahukah Anda bahwa pseudobulbar affect memiliki gejala khas seperti yang dialami Joker?

Dokter Merry Dame Cristy Pane dari Aladokter dilansir Antara menjelaskan, bahwa pseudobulbar affect (PBA) adalah gangguan pada sistem saraf yang membuat seseorang tiba-tiba tertawa atau menangis tanpa dipicu oleh sebab apa pun.

“Perubahan emosi yang tiba-tiba ini sering membuat penderitanya merasa malu, cemas, mengalami depresi, hingga mengisolasi diri dari lingkungan,” kata Merry dalam keterangan resmi, Jumat (11/10/2019).

Gejala yang sering dialami penderita PBA diantaranya bisa tiba-tiba menangis atau tertawa. Dia dapat mengeluarkan reaksi yang berkebalikan dengan perasaannya, entah tertawa saat merasa sedih atau menangis ketika gembira.

Penderita BPA juga biasanya menangis atau tertawa dalam durasi yang lebih lama dari orang normal. Tak hanya itu, ekspresi wajah pun tidak sesuai dengan emosi dan dia bisa mendadak berubah marah-marah atau frustrasi.

Merry mengatakan gejala tersebut umumnya muncul secara tiba-tiba tanpa disadari. Gejala ini kerap disalahartikan dengan gangguan mental seperti depresi dan bipolar.

Belum ada sebab jelas

Apa penyebab pseudobulbar affect? Hingga kini, penyebab PBA belum diketahui secara jelas. Namun para ahli meyakini PBA terjadi akibat adanya kerusakan pada korteks prefrontal, yakni area otak yang mengendalikan emosi.

Gangguan saraf PBA bisa menimpa seseorang yang memiliki penyakit serta gangguan pada otak dan saraf, seperti orang yang punya penyakit Alzheimer, Parinson, Wilson, Multiple sclerosis, Amytrophic lateral sclerosis (ALS)
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

Orang yang punya penyakit epilepsi, demensia, tumor otak, cedera otak dan tumor otak juga bisa mengalami gangguan seperti yang dialami Joker.

“Selain itu, perubahan zat kimia di otak yang berkaitan dengan depresi dan suasana hati juga berperan dalam munculnya pseudobulbar affect. Perubahan zat kimia ini dapat menggangu sinyal dan pengolahan informasi di otak, sehingga memicu munculnya gejala dan keluhan PBA,” ujarnya.

Pengobatan

Hingga kini belum ada obat khusus yang efektif mengatasi pseudobulbar affect. Tapi obat antidepresan dan obat quinidine sulfate, seperti dextromethorphan, mampu mengendalikan frekuensi serta ledakan emosi yang dialami oleh penderita PBA.

Bukan cuma obat, ada beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk mengendalikan gejala pseudobulbar affect.

Pertama, cobalah mengubah posisi duduk dan berdiri. Coba perlahan ubah posisi, kemudian bernafas dalam demi meredakan ledakan emosi yang muncul mendadak.

Selain itu, buatlah tubuh merasa santai. Tertawa keras atau menangis mendadak bisa membuat penderita PBA mengalami ketegangan pada otot-otot wajah dan tubuh. Oleh karena itu, penderita perlu melakukan teknik relaksasi, khususnya pada otot bahu dan dahi, setelah gejala PBA berakhir.

Jangan lupa bicarakan dengan orang terdekat agar mereka tidak terkejut ketika gejala tersebut mendadak muncul.(ant/tin/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs