
Gerakan yang terkandung dalam tari Remo sarat dengan semangat perjuangan dan nasionalisme. Sehingga patut untuk dikembangkan dan dilestarikan.
Hal tersebut dikatakan M KHOTIB Pelatih Sanggar Panji Laras Probolinggo, disela acara Festival Tari Remo Jugag, Minggu (25/03) di Taman Prestasi Surabaya.
KHOTIB mengatakan hampir semua gerakan yang terkandung dalam tarian remo merupakan luapan emosi seniman MUNALIFATAH yang menciptakan gerakan tari remo pada masa penjajahan. Luapan emosi itu diungkapkan lewat gerakan-gerakan tari.
“Seniman pada waktu itu juga melakukan perlawanan terhadap penjajah, namun perlawanannya dalam bentuk kesenian,” ujarnya.
Dalam tari remo terdapat gerakan Lugas yakni lugu dan tegas.” Lugu maksudnya diam dalam perkataan namun tegas dalam gerakan terlihat dari gerakan-gerakan dinamis yang mencerminkan semangat,” tambah KHOTIB yang juga sering disebut Ki DEMANG oleh anak didiknya.
Namun seiring dengan perubahan jaman tarian remo sering dianggap dengan tarian tradisional dan sering dipandang sebelah mata oleh generasi muda sekarang.
Untuk itu tujuan KHOTIB mendirikan sanggar Panji Laras, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya tari remo yang merupakan cirikhas Jawa Timur.
KHOTIB menerangkan setidaknya dibutuhkan latihan 1 tahun untuk memainkan tarian remo, itupun harus dengan latihan secara rutin. Kini setidaknya 200 lebih anggota yang telah ia bina disanggar miliknya di JL Arjuno kademangan Probolinggo.
Lebih lanjut dia menyampaikan harapannya pada suarasurabaya.net agar tari remo dapat berkembang dan sentiasa lestari dan acara festival seni remo semacam ini dapat di gelar secara rutin dan intensitasnya tidak hanya dilakukan setahun sekali.
Teks Foto:
1. M KHOTIB Pelatih Sanggar Panji Laras Probolinggo
2. Persiapan peserta dalam Festival Tari Remo Jugag di taman Prestasi Surabaya minggu (25/03)
Foto: NAZIQ suarasurabaya.net