Memainkan komposisi-komposisi kontemporer, Komunitas Wedhang Jahe, Rabu (04/04) besok bakal pamer karya kepada publik Kota Surabaya dalam sebuah pagelaran bertajuk ‘Alur’ di Galeri Dewan Kesenian Surabaya (DKS). Sebuah ‘Alur’ kehidupan sosial.
“Kami ingin memperkenalkan diri kepada publik Surabaya. Meski kami semua dari Surabaya atau lebih banyak berinteraksi di Surabaya, mungkin masih banyak warga kota yang tidak mengenal kami. Rabu (04/04) besok, komunitas Wedhang Jahe, tampil di Galeri DKS,” terang ARIS SETIAWAN satu diantara personil Wedhang Jahe, Selasa (03/04).
Komunitas Wedhang Jahe dalam pagelaran perdananya ini, akan memainkan sejumlah repertoar yang terangkum dalam ‘Alur’. Masing-masing repertoar itu, lanjut ARIS, berdurasi kurang lebih 10 menit. Menghadirkan sejumlah perangkat musik, mulai dari gamelan Jawa, seruling dari Padang, gamelan Bali dan kendang Banyuwangi, produksi komunitas ini beberapa diantaranya sudah direkam dalam CD.
“Untuk sementara, kami masih menggunakannya sebagai pelengkap atau iringan tarian. Dan memang sudah terekam dalam bentuk keping CD. Komposisi kami lebih banyak memberi keleluasaan kepada masing-masing personelnya bereksplorasi. Jadi ya santai saja,” tambah ARIS.
Didukung personil ARIS SETIAWAN, BAMBANG BES, JAKA MUJIANA, TRI BROTO, IMAM dan AULIA, komunitas Wedhang Jahe berharap komposisi, atau repertoar yang mereka mainkan, khususnya dalam ‘Alur’ nantinya bisa dinikmati pecinta musik dimanapun berada.
“Alur itu kumpulan repertoar. Dan repertoar-repertoar itu merupakan pengalaman batin masing-masing personil. Termasuk juga perjalanan atas kondisi sosial yang saat ini sedang terjadi. Kita berharap masyarakat bisa menikmati Wedhang Jahe,” pungkas ARIS yang juga seorang koreografer itu. Rabu (04/04) besok, pentas ‘Alur’ mulai dimainkan sekitar pukul 19.30 Wib.
Teks foto:
-Gamelan Bali menjadi unsur penunjang komposisi Wedhang Jahe.
Foto: Dok suarasurabaya.net