Patroli cyber yang dilakukan Polrestabes Surabaya untuk memonitor aktivitas Geng All Star dan Geng Jawara kembali membuahkan hasil. Polisi mengamankan empat anggota Geng All Star yang masih di bawah umur.
AKBP Sudamiran Kasatreskrim Polrestabes Surabaya mengatakan, ke empatnya terdeteksi sedang menggalang dana untuk membeli bahan baku senjata tajam. Itu nantinya akan dibuat parang untuk menyerang markas kelompok rivalnya yaitu Geng Jawara di kawasan Simo Pomahan, Surabaya.
Mereka ingin melakukan balas dendam. Sebab salah satu anggotanya pernah disekap dan dianiaya oleh Geng Jawara. Beruntung aksi mereka dapat dicegah polisi. Ke empatnya langsung digelandang ke Mapolrestabes Surabaya untuk dimintai keterangan.
“Mereka menggalang dana dengan cara ngamen dan lain-lain. Pokoknya iuran untuk beli bahan baku lempengan besi. Terus mau dibuat sajam, lalu dibagikan ke teman-temannya dan menyerang Geng Jawara,” kata Sudamiran, Senin (14/10/2019).
Sudamiran mengungkapkan, keberadaan dua kelompok yang kerap berbuat onar ini sangat memprihatikan. Apalagi jumlahnya mencapai ribuan dan di antaranya ada yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Pihaknya meminta, para orang tua ikut berperan dalam hal ini. Salah satunya, lanjut Sudamiran, orang tua harus mengawasi ponsel anak-anaknya. Sebab, geng ini sangat aktif memanfaatkan WhatsApp.
Melalui platform itu, mereka kerap mengumpulkan massa. Tidak ada hal positif di dalamnya, sehingga polisi dengan tegas akan membubarkan dua kelompok itu.
“Kita sudah berkoordinasi dengan Wali Kota Surabaya. Minggu lalu, Bu Wali dan Pak Kapolres mempertemukan kedua geng, orangtua, dan guru untuk didamaikan. Langkah Bu Wali dan Kapolres itu berdampak di grup mereka. Ada yang langsung left dan ada yang tidak setuju karena merasa kawannya sudah dianiaya,” jelasnya.
Sementara itu, Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengaku sudah pernah menemui anak-anak yang tergabung di dalam dua geng tersebut. Anak-anak itu kerap mendapat ancaman atau intimidasi agar mau masuk ke dalam geng itu.
Menurutnya, ini bukan sekadar fenomena kenakalan remaja. Ada perilaku intimidasi dan motif bisnis di dalamnya. Sehingga ini perlu penanganan intensif.
Dia ingin otak atau pelaku utamanya segera ditangkap. Risma mengaku akan bertemu Kapolrestabes Surabaya secara khusus untuk menyelesaikan masalah ini.
“Isinya itu (handphone, red) banyak ancaman. Kalau gak gabung geng, dia akan disiksa. Mungkin penyekapan waktu lalu itu juga kayak gitu,” kata Risma.
Selain itu, pihaknya juga akan memperketat pengawasan di semua taman. Salah satunya Taman Mundu Surabaya, yang Minggu (13/10/2019) kemarin, menjadi lokasi penangkapan 17 anggota geng All Star, yang diduga hendak melakukan penyerangan.
“Iya nanti setelah pengadaan ini, akan dipasang CCTV juga di sana (Taman Mundu, red),” kata dia.
Dari patroli siber itu, polisi mengamankan ikat pinggang, bahan baku besi yang akan digunakan untuk membuat parang, dan sejumlah handphone. Polisi juga telah menetapkan 9 tersangka kasus penganiayaan dan penyekapan. Dua di antaranya dewasa ditahan di rutan Polrestabes Surabaya.
Sedangkan sisanya anak-anak, dititipkan di Dinas Sosial Pemkot Surabaya untuk mendapatkan pembekalan moral dan pendampingan psikis. (ang/iss/ipg)