Sabtu, 23 November 2024

20 Jurus Anti Mainstream Mengubah Banyuwangi ala Azwar Anas

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Abdullah Azwar Anas Bupati Banyuwangi dalam soft launching buku Anti Mainstream Marketing: 20 Jurus Mengubah Banyuwangi, Senin (14/10/2019), di Surabaya. Foto: Anggi suarasurabaya.net

Abdullah Azwar Anas Bupati Banyuwangi membagikan rahasianya dalam mengembangkan daerah. Buku berjudul Anti Mainstream Marketing: 20 Jurus Mengubah Banyuwangi itu dilaunching hari ini, Senin (14/10/2019), di Surabaya.

Seperti judulnya, ada 20 jurus yang dilakukan Anas untuk membangun Banyuwangi, ditengah keterbatasan anggaran dan juga Sumber Daya Manusia (SDM). Jurus yang digunakan Anas ini, juga rahasia bagaimana angka kunjungan wisatawan ke Banyuwangi cukup tinggi.

“Yang mengejutkan itu kunjungan ke Kawah Ijen, Banyuwangi oleh wisatawan asing tingkat kepuasannya 76 persen. Sementara ke Pantai Kuta tingkat kepuasannya 23 persen. Dari sini saya makin optimis apa yang kami kerjakan membawa manfaat,” kata Anas.

Semua Dinas di Banyuwangi, kata dia, menjadi Dinas Pariwisata. Artinya, semua dinas memiliki tugas yang sama yaitu ikut mempromosikan Banyuwangi dan membuat berbagai inovasi dalam berbagai sektor.

Berbagai penghargaan di tingkat nasional hingga internasional mampu diraih Banyuwangi. Salah satunya, banyak mendapatkan penghargaan dalam bidang inovasi hingga reward sekitar Rp80 miliar dari Pemerintah Pusat. Reward ini akan dikembalikan ke Banyuwangi untuk membangun infrastruktur.

“Maka dari itu, nanti jalan-jalan akan kami lebarkan. Cerita ini lah yang nanti akan kami sampaikan bagaimana Banyuwangi, dalam buku ini,” kata dia.

Buku itu juga menerangkan jurusnya dalam menyulap Banyuwangi yang sebelumnya dikenal mistis. “Semakin Misteri, Semakin Diminati”, begitulah Anas menyebut jurusnya untuk memperkenalkan Banyuwangi ke masyarakat dunia.

Meski identik dengan dunia mistis, baginya bukan berarti Banyuwangi kehilangan pesonanya untuk didatangi wisatawan. Dia mengaku, menerapkan jurus ini pada Taman Nasional Alas Purwo.

Selain dikenal sebagai Taman Nasional yang telah ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia, Alas Purwo pun juga kaya akan kearifan lokal nilai-nilai leluhur.

“Berkat sejumlah kemasan, tingkat kunjungan ke Alas Purwo melonjak pesat, bahkan 2018 lalu dikunjungi lebih dari 211.000 orang,” kata dia.

Selain mistis, Banyuwangi juga terkenal sebagai kota santet. Anas pun mencoba membrandingnya dari kota santet menjadi kota internet. Kini, Banyuwangi menuju daerah dengan pelayanan publik berbasis digital. Di mana ada 189 desa sudah teraliri fiber optic untuk menunjang pelayanan publik.

“Di banyak desa sudah dikembangkan self service di mana warga kampung saat mengurus dokumen tidak perlu bertemu petugas,” imbuhnya.

Tak hanya itu, Anas juga memaparkan model pemasaran Banyuwangi. Dia pun menggandeng beberapa influencer hingga musisi untuk mencoba tinggal beberapa waktu di Banyuwangi.

“Di Banyuwangi, kami bikin semacam model, dengan fokus pasar ke enam segmen, yaitu wisatawan, tour and travel, resident, investor, eksportir, dan industri manufaktur,” kata dia.

“Kita ajak influencer untuk tinggal di Banyuwangi. Misalnya, kami lagi siapkan Kampung Arsitek di mana lima arsitek paling top di Indonesia akan tinggal dan berkarya di Banyuwangi. Beberapa musisi juga berminat untuk tinggal di Banyuwangi. Nah dengan tinggal di Banyuwangi, beliau-beliau bergerak memberi manfaat, melakukan transformasi,” jelasnya.

Buku berisi 420 halaman itu, kata dia, bisa masyarakat dapatkan di Gramedia pada November mendatang. Buku ini juga ia dedikasikan untuk para bupati ataupun calon pemimpin.

“Saya kira ini untuk teman-teman yang sedang memimpin. Semoga bisa berguna, untuk Pak Bupati dan para CEO, dengan keterbatasan anggaran, keterbatasan SDM, kami jadikan peluang,” kata Anas.

“Buku ini bercerita apa yang selama ini kami kerjakan. Dari pada saya menjawab satu-satu kepala daerah yang datang. Cuma yang ini pendekatannya pendekatan marketing, karena tidak menggunakan cara marketing yang biasa yang kami kerjakan,” kata dia.

Dari pengalamannya itu, Anas merangkumnya menjadi 20 jurus jitu. Dia mengklaim 20 jurus yang diterapkannya ini mampu membuat Banyuwangi menyabet berbagai penghargaan inovasi dari Pemerintah Pusat.

“Pendekatannya memang dari anti mainstream marketing. Kami justru tidak banyak promosi, tapi tamu banyak. Buku ini dibuat dengan bahasa lisan, jadi mudah untuk dicerna. Kami lebih banyak contoh apa yang telah kami kerjakan, yang kemudian kami formulakan dalam tulisan,” terangnya.

Menurutnya, salah satu strategi yang paling ampuh adalah fokus. Dengan adanya buku ini, dia berharap bisa menginspirasi anak muda untuk menjadi pemimpin yang lebih baik nanti.

“Karena anak-anak muda ini sekarang mencari cara bagaimana anggaran terbatas, produknya bisa diterima banyak orang dan targetnya tercapai. Banyuwangi ini kan anggarannya sedikit, targetnya dianggap tercapai. Strateginya kami ceritakan di buku itu,” kata dia. (ang/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs