Penyakit wasir atau ambien yang dalam dunia kedokteran dikenal dengan sebutan Hemorroid, tentu sudah tidak asing lagi bagi hampir semua orang. Penyakit ini juga sering ditemukan di masyarakat, serta dapat mengenai siapa saja.
Prof. dr. ABDUS SJUKUR SpB dokter RS dr. Soetomo pembicara dalam seminar awam seputar wasir di Siloam Hospitals, Minggu (13/05) pada suarasurabaya.net mengatakan semua manusia dewasa jika diteropong pasti mempunyai wasir, namun wasir itu masih disebut normal atau ‘wasir fisiologis’.
Sehingga kata ABDUS tidak semua orang memerlukan pengobatan. Hanya sebagian kecil saja yang memerlukan pertolongan medis, yakni mereka yang mengeluhkan terjadi perdarahan, adanya benjolan dan gatal-gatal.
ABDUS menjelaskan yang disebut wasir adalah varices yaitu pelebaran pembuluh darah balik vena yang menonjol dan ditutupi mukosa yang terjadi di daerah anus. Wasir dapat dibagi menjadi dua macam yaitu wasir luar dan wasir dalam. Namun ada juga wasir dalam yang bisa keluar (prolapsed) tergantung pada stadium atau tahapnnya, sedangkan wasir luar selalu berada di luar anus dan selalu ditutupi kulit bukan mukosas.
Penyakit wasir sebenarnya bukanlah penyakit mematikan, namun kebayakan orang tidak mengatahui pemicu, pencegahan dan pengobatannya. Ini terbukti masih banyaknya masyarakat yang beranggapan bila Buang Air Besar (BAB) berdarah, maka dianggap menderita wasir.
Selain itu anggapan bahwa jika menderita wasir harus selalu dioperasi. Tentu kata ABDUS tidak sesederhana itu, ada tahapan identifikasi dan pemeriksaan dalam untuk memastikan seseorang menderita wasir dan perlu melakukan operasi.
Di dunia ini hanya 15% saja penderita wasir yang dioperasi, sedangkan 85% dapat disembuhkan tanpa operasi. Ini tergantung dari satdium wasir yang dideririta masing-masing orang. Menurut ABDUS ada empat stadium wasir, yakni stadium I, wasir didalam dubur. Stadium II jika mengejan wasir keluar dan bisa masuk sendiri, Stadium III wasir keluar sendiri dan bisa di masukkan, dan stadium IV waisr di luar terus.
Dengan mengatahui stadium atau tingkatan wasir akan mudah dilakukan penangganan medis, misalnya untuk stadium I dan II penanganannya dengan cara konservatif atau tanpa operasi. Sedangkan pada stadium III dan IV penanganannya dilakukan dengan operasi.
“Tidak semua wasir harus dioperasi bisa juga tanpa operasi, tergantung pada tingkatannya. Pada penanganan konservatif atau tanpa operasi ada tiga macam penanganan yaitu perubahan gaya hidup, obat-obatan untuk diminum dan obat-obatan dari dubur.” papar ABDUS.
Saat ditanya apakah wasir juga merupakan penyakit keturunan, ABDUS menjawab faktor keturunan bukan pada ‘wasirnya’, tetapi dalam tubuh manusia khususnya daerah anus terdapat jaringan ikat yang mengikat pembuluh darah agar tidak turun. Jaringan ikat inilah yang bisa menjadi faktor keturunan penyebab wasir.
Ada beberpa faktor lain yang memicu terjadinya wasir, yaitu selain keturunan jaringan ikat, pekerjaan pada orang-orang yang menghabiskan waktu seharian dengan duduk lama, bentuk tubuh, berak atau kencing dan sikap saat BAB harus waspada. Terlebih lagi kalau mereka ini hanya mengonsumsi sedikit air dan sayuran. Kalangan inilah yang berpotensi besar terserang penyakit wasir atau ambeien.
ABDUS menambahkam selain memerlukan penangan medis, pasien dan keluarga pasien juga harus terus melakukan pencegahan. Diantaranya merubah pola hidup seperti pola makan, diet, makanan berserta, konsumsi buah pisang dan pepaya, minum air putih 1,5-2 liter per hari, olah raga teratur, bila BAB tidak boleh lebih dari 30 menit, bila duduk ridak boleh dari 2 jam harus delselini dnegan berdiri atau berjalan 5-10 menit.
Sekarang ini kata ABDUS ada paradigma baru dalam proses penanganan penyakit wasir. Dalam melakukan diagnosis internal harus dilengkapi dnergan pemeriksaan protoskopi, menentukan letak, jumlah dan besarnya masing-masing benjolan, menentukan stadium atau tingkatan.
Dalam paradigma baru ini pengobatan konservatif dilakukan selama 6 minggu, jika gejala sudah hilang bukan berarti sembuh, karena semua gejala rata-rata hilang dalam seminggu pertama berobat. Evaluasi harus dengan protoskopi minimal 2 minggu sekali berturut-turut.
Teks Foto:
– Prof. dr. ABDUS SJUKUR SpB Dokter RS dr. Soetomo Pembicara dalam seminar awam seputar wasir di Siloam Hospitals.
Foto: RIZKA suarasurabaya.net