Memainkan lakon Ritus Travesty pada pementasan di sejumlah kota di Pulau Jawa, kelompok Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara memperjuangkan eksistensi kesenian Ludruk agar tidak punah.
Meimura sutradara Ritus Travesty mengingatkan bahwa hingga saat ini sejatinya kesenian Ludruk masih ada dan eksis di banyak kota di Jawa khususnya di Jawa Timur. Tetapi justru kehilangan pentas di Kota Surabaya.
“Padahal kita tahu, Surabaya sering dianggap sebagai pusat lahirnya Kesenian Ludruk. Tetapi justru Ludruk tidak lagi punya tempat di kotanya. Dan kami tidak ingin itu menjadi pemicu untuk kemudian matinya Ludruk di kota lainnya,” terang Meimura, Jumat (18/10/2019).
Lakon Ritus Travesty yang naskahnya ditulis sendiri oleh Meimura, dimainkan secara tunggal atau monolog oleh Meimura, berkisah tentang terpuruknya sosok seniman Ludruk ditengah maraknya bentuk-bentuk kesenian baru.
“Lakon monolog itu memang lebih kepada curahan hati seorang seniman Ludruk yang pada akhirnya menyerah kalah pada keadaan atau lingkungan yang tidak lagi berpihak pada dirinya maupun Ludruk itu sendiri. Karena itu lakon ini kami bawa keliling kota di Jawa,” kata Meimura.
Sabtu (19/10/2019) lakon Ritus Travesty dimainkan kelompok Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara bersama Meimura di Dewan Kesenian Lamongan. Sebelumnya pada Sabtu (12/10/2019) ditampilkan pada acara gelaran SMP MAN Ngawi, Madiun.
“Sebelumnya pada 4 Oktober 2019 kami tampil di Kamafest, Singosari, Malang. Sambutan sangat luar biasa dan kami merasa bahwa masyarakat sendiri masih mengapresiasi dan merindukan tampilnya Ludruk. Ini sangat luar biasa,” ujar Meimura.
Dijadwalkan usai tampil di Lamongan, lakon Ritus Travesty dipentaskan di Jakarta tepatnya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Sabtu (26/10/2019) dan pada Sabtu (16/11/2019) di Sanggar Rumah Ilalang, Nganjuk Jawa Timur. Kemudian puncaknya pada Rabu (27/11/2019) tampil di Blitar.
Sementara itu, sebagai bukti bahwa eksistensi Ludruk di Surabaya masih ada, kelompok Ludruk Marsudi Laras Surabaya, Sabtu (19/10/2019) tampil di Balai Budaya kompleks Balai Pemuda, memainkan lakon Suketi. Naskah Lakon Suketi ditulis Hartatok S.Pd., M.Si., dan terbuka untuk umum atau gratis.(tok/rst)