Sabtu, 23 November 2024

Ramadhan, Sebagai Puncak Kenikmatan Beribadah dan Syetan yang Terbelenggu

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

Oleh: M. Junaidi Sahal

Rosululloh SAW pernah bersabda:
“Jika telah datang Ramadhan, maka terbukalah semua pintu syurga dan tertutuplah semua pintu neraka, dan terikatlah semua syetan.” (Mutafaq ‘Alaih)

Hadist ini memberikan pemahaman kepada kita tentang kemuliaan dan keistimewaan bulan Ramadhan. Pintu-pintu di syurga yang begitu banyak terbuka lebar bagi orang-orang yang dengan ikhlas melakukan puasanya karena Alloh, dan tentu bagi mereka tertutup pintu-pintu neraka, karena terbelenggunya syetan-syetan untuk menggodanya.

Untuk memasuki bulan Ramadhan yang begitu mulia tersebut, tentunya memerlukan persiapan-persiapan yang optimal dalam nuansa taqwa kepada Alloh SWT. Untuk itu ada 2 hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu persiapan Dhohir dan persiapan Bathin. Sebab amal sholeh apapun harus ditopang dengan kekuatan lahir maupun bathin. Lebih-lebih puasa Ramadhan.

Secara dhohir, sebaiknya seorang muslim mempersiapkan diri dengan mempelajari ilmu-ilmu fiqh yang berkaitan dengan Romadlon. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam menjalankan ibadah di bulan mulia ini.

Adapun persiapan bathin dilakukan melalui 3 fase, dan itu dimulai sejak bulan Rajab. Fase pertama adalah fase Ishlah Al Qulub (Perbaikan Hati) yang dimulai pada bulan Rajab. Fase kedua adalah Tazyin Al Qulub (Menghiasai Hati) yang dilakukan di bulan Sya’ban. Dan fase ketiga adalah Tanwir Al Qulub (Menyinari Hati) yang dilakukan memasuki bulan Ramadhan.

Pada fase Ishlahul Qulub yang dilakukan pada bulan Rajab, seorang muslim jauh sebelum memasuki bulan Ramadhan, hatinya harus dibersihkan dan diperbaiki dari berbagai macam ‘kejahatan’ hati yang bisa merusak perilaku manusia muslim.’Kejahatan’ hati tersebut menurut Rosululloh SAW ada 2 macam, yaitu ‘cinta dunia’ dan ‘takut mati’.

Dua hal inilah yang membuat hati manusia menjadi jahat. Suka merampas hak orang lain dan fakir miskin, suka merendahkan, sering stress karena kerja kerasnya tak juga membuatnya jadi orang kaya. Kondisi hati seperti ini seringkali dialami oleh manusia-manusia muslim dan mereka sering mengalami kekalahan.

Manusia memang memiliki musuh-musuh yang nyata sekali. Kalau diteliti, manusia selalu diserang oleh tiga musuh utamanya, yang jika lalai dia akan selalu mengalami kekalahan. Ketiga musuh tersebut adalah, Nafsu Bahimiyah (nafsu binatang) yang selalu menyerang manusia untuk lebih suka makan, tidur, berzina, tanpa pernah memikirkan da’wah, Alloh dan Rosul-Nya. Manusia yang terserang msuh pertamanya ini akan menjadi orang yang malas beribadah, malas bekerja dan berusaha, malas berda’wah, dan sebagainya.

Selanjutnya musuh yang kedua adalah Nafsu Wahsyiyah (nafsu binatang buas). Sebagaimana binatang buas yang suka mengganggu, menerkam, bahkan membunuh binatang lain, maka demikian pula manusia yang terserang nafsu ini. Ia akan memiliki sifat suka mengumbar pandangannya kepada lawan jenis karena menuruti syahwat, suka merendahkan dan meremehkan orang lain dengan mulutnya, bahkan menyakiti saudaranya sendiri dengan tangan dan kakinya. Jika yang terserang penyakit ini adalah seorang pemimpin maka dia akan menindas orang-orang yang dipimpinnya.

Sedangkan musuh yang ketiga dan yang paling jahat adalah Nafsu Syaithoniyyah. Tiupan (Al Hamzu) syetan-syetan inilah yang seringkali dapat menggoda dan meruntuhkan keimanan seseorang.

Manusia yang terserang musuh ketiga ini akan memiliki sifat yang tidak terpuji. Kalau dia seorang suami, maka dia akan berpikir istri orang lain lebih cantik, harta orang lain lebih indah, padahal istri dan harta yang dimilikinya sendiri jauh lebih baik. Namun karena ditiup oleh syetan, maka apa yang bukan haknya akan nampak lebih menarik. Jika seseorang yang sedang sholat diserang musuh yang satu ini, maka sholatnya tidak akan khusyu’ karena tiupan syetan yang menjerumuskan.

Sedangkan makna hadist di atas tentang syetan-syetan yang dibelenggu pada bulan Ramadhan, bisa jadi mereka adalah musuh ketiga manusia ini (Nafsu Syaithoniyah). Sedangkan dua musuh yang lain (yaitu Nafsu Binatang dan Binatang Buas) tidak dibelenggu oleh Alloh SWT. Maka walaupun musuh terbesarnya telah dibelenggu, namun dua musuh lainnya masih dengan leluasa dapat menyerang manusia pada bulan Ramadhan.

Dengan gencar mereka melancarkan serangannya kepada manusia, sehingga tak heran jika di bulan yang suci dan mulia ini masih dapat kita jumpai kemaksiyatan di berbagai tempat terus berjalan dengan pongahnya.

Setelah hati dibersihkan dan diperbaiki dari proganda musuh-musuh manusia tersebut, fase berikutnya adalah Menghias Hati (Tanzin Al Qulub). Fase ini dilakukan pada bulan Sya’ban dengan memperbanyak amal sholeh. Meningkatkan ibadah sebagai upaya taqorrub Ilalloh dengan selalu sholat malam serta bermunajat kepada-Nya. Bahkan Rosululloh SAW memperbanyak puasa di bulan ini hampir sama banyaknya dengan puasa Ramadhan.

Jika fase ini telah dilalui, maka fase berikutnya adalah suatu fase memasuki Ramadhan dengan hati yang bersih dan tercahayai Ilahi (Tanwir Al Qulub). Jadi bulan Ramadhan sebenarnya bukan bulan Pelatihan untuk menjadi baik. Namun Ramadhan merupakan puncak kenikmatan dalam beribadah.Karena dalam bulan suci tersebut sholat, tadarrus Qu’ran dan ibadah yang kita lakukan nampak lebih khusyu’. Hal ini disebabkan latihan menuju ke Romadlon sudah dilakukan sejak bulan Rajab dan Sya’ban melalui proses Ishlah dan Tazyin.

Pantas saja orang-orang salafus sholih mulai menyambut Ramadhan sejak di bulan Rajab dengan mendendangkan syair-syair ruhani penuh kegembiraan menyambut datangnya tamu istimewa, bulan suci Ramadhan. “Marhaban Ya Ramadhan. Jud lana Bil Ghufron“.Selamat datang ya Ramadhan muliakan kami dengan ampunan-Nya.

Sedangkan orang-orang ‘modern’ seperti kita malah menyambut Ramadhan dengan kegelisahan hati dan stress karena memikirkan cuaca yang panas, seraya berkata “Apa dengan cuaca sepanas ini kita kuat berpuasa? Astaghfirulloh, sudahkah diri dan hati kita siap memasuki bulan suci yang dimuliakan Alloh ini? Yaa Alloh, jadikanlah kami termasuk Al-Kayyis.”(ipg)

Bagikan
Berita Terkait

Keberkahan Rumah Tangga Nabi SAW

Keteguhan Hati Nabi SAW

Berpuasa di Negeri Sunyi


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs