Sabtu, 23 November 2024

Kisah Wanita yang Rindu Taubat

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

Oleh: WAA. Ibrahimy

Suatu malam, usai sholat Isya’ berjama’ah bersama Baginda Rosul Muhammad SAW, Abu Huroiroh RA pergi keluar hendak memenuhi kebutuhannya. Tiba-tiba seorang wanita dengan penutup muka (niqob) menemuinya, berdiri di tengah jalan. Tubuhnya gemetar menunjukkan kegelisahan, ada goncangan batin yang ia rasakan. Dengan suara terdengar parau, begitu berat, ia memanggil sahabat Nabi itu agar berhenti sejenak, sudi memperhatikan dan mendengarkan keluhannya, curahan hatinya.

“Wahai Abu Huroiroh, aku sungguh telah melakukan dosa besar. Apakah masih ada taubat?” tanya ia dengan jujur dan polos.

“”Apa dosamu?” sahut Abu Huroiroh penuh rasa heran. Wanita itupun tampak kembali gelisah. Sebelum akhirnya menjawab, “Aku telah berzina, dan telah kubunuh anak dari hasil perzinaanku!” kepalanya tertunduk, seakan penuh sesal.

Demi mendengar pengakuan wanita tersebut, sontak raut wajah Abu Huroiroh berubah, lalu dengan tegas ia berkata, “Celaka kamu, celaka kamu, demi Alloh tak ada taubat bagimu!”

Sahabat Nabi itu rupanya tak tahan memendam kecemburuan akan agamanya, tak tahan mengetahui kemungkaran yang telah didengarnya. Begitulah jiwa para sahabat, bahkan setiap jiwa orang yang beriman. Namun, lain halnya dengan si wanita tadi. Demi mendengar jawaban demikian, seketika ia menarik napasnya, tersedu sedan, tak mampu membendung perasaan, hingga isak tangisnya pun memecah kesunyian. Kegelapan malam terasa baginya sebagai kebimbangan yang mencekam.

Abu Huroiroh RA pergi berlalu meninggalkannya sendiri, berdiri dalam kesedihan yang mengiris hati. Namun di sepanjang jalan, langkah kakinya terasa berat, pikirannya berkecamuk, dan batinnya berdebat, “Aku telah memberi fatwa, padahal Baginda Rosul Muhammad SAW masih ada diantara kami!” ia renungi ucapannya tadi, mencoba insafi diri.
***

Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu. Mengetahui setiap rahasia hati dan segala yang tersembunyi, ya’lamus sirro wa akhfa. Mengetahui tangisan batin seorang wanita yang telah mengakui dosa-dosanya. Mengetahui kesungguhan dan ketulusan taubatnya. Mengetahui kerinduan jiwanya akan ampunan dan kasih sayang. Dan sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
***

Di pagi buta sekali, Abu Huroiroh segera menemui Nabi Muhammad SAW, menyampaikan kejadian yang telah dialaminya, tentang wanita yang ditemuinya semalam, tentang kegelisahan dan pengakuan dosanya, juga tentang jawaban yang telah disampaikan kepada wanita tersebut hingga membuat perasaannya sedih dan pilu tak terkirakan.

Nabi Muhammad SAW terkejut mendengarnya, dan seketika itu juga bersabda, “Inna lillah wa inna ilaihi roji’un. Kamu, demi Alloh, hai Abu Huroiroh celaka, celaka! Dimanakah kamu dari sebuah ayat yang artinya:
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Alloh dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Alloh (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Alloh dengan kebajikan. Dan adalah Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Furqoon: 68-70)

Sesaat setelah Abu Huroiroh undur diri dari hadapan Nabi Muhammad SAW, ia pun segera pergi mencari wanita yang ditemuinya semalam di segenap penjuru kota Madinah. Bertanya kesana-kemari, siapakah yang bisa memberitahu kepadanya tentang keberadaan wanita itu. Sampai-sampai ada segerombolan anak kecil meneriakinya, “Abu Huroiroh sudah gila!” namun ia tetap tak perduli.

Pencarian terus dilakukan, sampai tiba waktu malam. Dan akhirnya ia menjumpai wanita tersebut di tempat semula. Tergesa-gesa ia menghampirinya, lalu segera memberitahu apa yang telah disampaikan Nabi Muahammad SAW tadi pagi, bahwa baginya masih ada taubat.

Tak ayal, wanita tersebut gemetar seketika, tubuhnya berguncang. Kali ini bukan kegelisahan yang menjadi sebab, namun kebahagiaanlah yang telah merasuki seluruh jiwa raganya, kebahagiaan yang tiada tara. Dahaga rindunya telah hilang dengan seteguk ampunan yang diperolehnya. Dan kegelapan malam kali ini terasa baginya selimuti segala keresahan.

Masih dalam suasana haru campur bahagia, ia berkata kepada Abu Huroiroh, “Aku memiliki sebidang kebun, dan mulai saat ini juga kusedekahkan untuk orang-orang miskin sebagai tebusan atas dosaku!” ucapnya dalam perasaan penuh suka cita.
***

Setiap anak manusia berpeluang untuk berbuat salah, namun sebaik-baik orang yang pernah berbuat kesalahan adalah yang tidak melakukannya berulang kali. Seorang mu’min tak boleh kehilangan tongkatnya dua kali.
Sebesar apapun dosa itu selain syirik kepada Tuhan, maka dengan kesungguhan taubatnya semua akan terampuni.

Bahkan Nabi Muhammad SAW menyatakan dirinya sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang berbuat dosa besar dari umat ini. Bersemangatlah untuk mengubah mendung hitam masa lalu, karena langit masa depan mungkin berganti cerah lazuardi!(ipg)

Bagikan
Berita Terkait

Keberkahan Rumah Tangga Nabi SAW

Keteguhan Hati Nabi SAW

Berpuasa di Negeri Sunyi


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
29o
Kurs