Sabtu, 23 November 2024

Tidak Ada Apapun di Hati ini Kecuali Allah

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

Oleh : M. Junaidi Sahal

Akhir-akhir ini kita banyak melihat kejadian yang menunjukkan kehadiran Allah dalam kehidupan. Seperti ada lafadl Alloh pada kulit seekor kambing, dan pada sebuah pesantren di Sukabumi ditemukan banyak katak yang punggungnya berlafadlkan Allah, demikian juga ditemukan ular sanca yang sisiknya menyerupai lafadl Allah.

Bahkan di setiap bencana besar di Indonesia, Allah pun ‘menampakkan’ diriNya, seperti munculnya lafadl Allah dalam bentuk api ketika terjadi ledakan pipa Pertamina di jalur Lumpur Porong Sidoarjo. Demikian juga, lafadl Alloh terukir pada gulungan ombak besar tsunami di Aceh, tak kalah menariknya, lafadl Allah pun muncul di asap wedus gembel Merapi. Subhanalloh.. !!!

Seolah dari kejadian ini semua, Allah SWT berpesan pada manusia, bahwa Allah yang Maha Kasih dan Agung itu ada dalam kehidupan manusia, dan akan selalu mengawasi setiap langkah dan perbuatan manusia.

Alkisah, ada sebuah pesantren kecil yang memiliki santri 200 orang. Pada suatu hari, Kyai Jamil, pengasuh pondok pesantren tersebut hendak bepergian selama 2 minggu. Untuk itu, beliau akan menunjuk salah seorang santrinya untuk menjadi badal (pengganti) sementara.

Diantara 200 santri tersebut ada 10 santri yang paling senior dan sudah lama nyantri, mereka beranggapan dengan senioritasnya, Kyai Jamil akan menunjuk salah satu diantara mereka. Namun, tak diduga, Sang Kyai justru menjatuhkan pilihan pada seorang santri muda yang baru seminggu nyantri.

Selama 2 minggu ditinggal Sang Kyai, pesantren tersebut nampak tenang, tapi sesungguhnya yang terjadi tidak demikian, dikarenakan adanya kecemburuan dan ketidaksenangan beberapa senior terhadap keputusan Sang Kyai. Sepulang Sang Kyai, 10 santri senior mendatanginya untuk memprotes keputusan tersebut. Dengan bijak, Sang Kyai menjawab, “Baiklah, besok pagi kalian semua berkumpul di aula pesantren. Insya Alloh pertanyaan kalian akan terjawab.”

Keesokan harinya,di pagi yang cerah, 200 santri sudah berkumpul di aula pesantren. Dengan penuh kemantapan hati, Kyai memasuki aula dengan membawa 200 ekor itik, kemudian kyai tersebut berkata pada santri-santrinya, “Wahai anak-anakku, silakan kalian mengambil masing-masing 1 itik. Kemudian kalian berpencar dan mencari tempat untuk menyimpan itik tersebut. Carilah tempat yang tidak diketahui oleh siapapun”.

Maka serentak mereka berpencar mencari tempat persembunyian untuk itiknya masing-masing. Tapi, apa semuanya mengambil itik dan berpencar? Ternyata tidak semuanya, ada seorang santri yang tetap berdiri pada tempatnya semula dan tidak bergerak sedikitpun.

Melihat hal tersebut, Sang Kyai memanggil kembali santri-santrinya yang lain, dan Sang Kyai bertanya kepada santri yang tidak ikut berpencar, “Wahai anakku, kenapa kamu tidak ikut mengambil itik dan berpencar?”. Santri itu menjawab, “Saya bingung Kyai, tadi Kyai meminta kami untuk menyembunyikan itik tersebut hingga tidak ada siapapun yang tahu. Kira-kira didunia ini, tempat mana yang amat tersembunyi hingga Alloh SWT tidak mengetahuinya?”.

Maka tercenganglah para santri yang lain termasuk seniornya dengan ucapan santri muda tersebut. Dengan senyum kegembiraan, Sang Kyai berkata, “Wahai anak-anakku, itulah jawaban saya pada pertanyaan kalian, kenapa saya memilih santri muda ini untuk menjadi badal saya.”

Dari kisah diatas, menunjukkan pada kita semua bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, Allah pasti mengetahuinya, bahkan yang tersembunyi dalam dada kitapun Allah tahu. “Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan.”(QS.Al Qashash 69).

Bahkan didalam fikrah kejahilian, Alloh pun ditempatkan sebagai Tuhan Sang Pencipta. Dan mereka, kaum jahiliah mengakui bahwa Sang Pencipta adalah Allah. Ketika seorang jahiliah bernama Hashin al Mundzir berdebat dengan Rasulullah SAW, Rasul sempat bertanya padanya, “Berapa tuhan yang anda sembah?” Ia menjawab,”7 tuhan, 6 dibumi dan 1 dilangit.”

Rasul bertanya, “Jika hartamu hilang, siapa (tuhan yang mana) yang kamu mintai pertolongan?” Ia menjawab, “Kepada tuhan yang dilangit ! “Rasulullah bertanya kembali, “Yang mengabulkan do’a kamu, yang dilangit atau tuhan-tuhan yang dibumi?” Hashin menjawab, “Yang mengabulkan cuma satu (tuhan yang di langit).”

Maka Rasulullah bersabda, “(Kalau) yang mengabulkan tuhan yang satu (yang dilangit), mengapa ucapan syukurnya kepada semua tuhan? Apakah kamu khawatir tuhan-tuhan itu mengalahkan tuhan yang di langit?” Hashin menjawab,”Tidak! Mereka tidak mampu (mengalahkan) tuhan yang satu!” Maka Rasulullah bersabda, “Ya Hashin, (kalau begitu) masuklah pada agama Islam!”

Hadis diatas mengungkapkan suatu fakta bahwa orang-orang kafir pada zaman nabi sekalipun mereka memiliki banyak tuhan, namun bagi mereka hanya Allah yang berkuasa menciptakan semuanya. Maha Benar Allah SWT dengan firmanNya yang artinya, “Dan sesungghunya jika kamu tanyakan pada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’, tentu mereka akan menjawab,’Allah !’Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah’, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”(QS.Luqman 25).

Maka bagaimana mungkin, Allah SWT bisa hilang dihati manusia? Lihatlah iblis, makhluk yang paling sesat dialam semesta masih mengakui Allah sebagai penciptanya. “Menjawab iblis,’saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah.”(QS.Al A’raf 12).

Apakah manusia lebih rendah dari iblis, hingga bisa melenyapkan Allah SWT dari hatinya? Ini adalah suatu hal yang mustahil terjadi, secara fitri, manusia tidak akan bisa melenyapkan Allah dihatinya. Dia akan selalu menyebutNya baik sengaja ataupun tidak, baik mengetahuiNya ataupun belum mengetahuiNya.

Jangankan melenyapkan Allah SWT dihati manusia, menghapus huruf-huruf pada lafadl Allah Yang Agung, makna Allah masih tetap ada. Bacalah lafadl (ufeã) Allah dengan menghapus huruf awalnya, pasti akan berbunyi (ufe) lillah dalam arti untuk Allah. Karena memang sholat, ibadah, hidup dan mati kita lillah, untuk Allah. Kemudian hapus huruf awal dari lafadl lillah. Itu akan terbaca (ue ) lahu, dalam arti milikNya, dan memang benar semua yang kita miliki termasuk diri kita sendiri adalah milikNya.

Selanjutnya hapus lagi huruf awal dari lahu, akan terdengar ucapan ‘Hu’ yang berarti Dia (Allah SWT). Dan bila inipun dipersingkat maka terdengar kalimat ‘ah’, yang bisa berarti keluhan, yaitu keluhan kepada Allah SWT akan segala urusan manusia. Subhanallah !!

Maha Suci Allah yang memiliki nama-nama yang indah, yang salah satu namaNya, yaitu Allah, tidak pernah hilang dari hati manusia. Itulah kenapa ulama banyak menyenandungkan dzikir dengan kalimat “Ma fii qolbi illalloh”, tidak ada apapun di hati (ini), kecuali Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang, dimana kasih dan sayangNya mampu menutupi dosa-dosa yang dilakukan hambaNya.
Wallahu a’lam
Ya Allah jadikan kami termasuk Al Kayyis !!(ipg)

Bagikan
Berita Terkait

Keberkahan Rumah Tangga Nabi SAW

Keteguhan Hati Nabi SAW

Berpuasa di Negeri Sunyi


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
29o
Kurs