Sabtu, 23 November 2024

Pasang Surut Bisnis Sampoerna

Laporan oleh Noer Soetantini
Bagikan

Judul Buku : The Sampoerna Legacy, A Family & Business History
Penulis : Michelle Sampoerna
Halaman : vii + 207 halaman

I have always had a profound interest in looking at historical photos and listening to stories from the past. Over the years, I made several attempts at a family history, but none ever came to fruition.

However, after the sale of Sampoerna to Philip Morris in 2005, I felt compelled to develop a family history book, it was as if I had a personal calling to preserve, in writing and pictures, my family’s successes and travails over the past century. As we move forward to new beginnings and challenges we must never forget the past, as it has made us who and what we are today. (Michelle Sampoerna)

Sinopsis :
Buku “The Sampoerna Legacy” berbicara soal keluarga besar Sampoerna, soal bisnis rokok sampai generasi ketiga yang menjual sahamnya ke tangan asing. Kronologis keluarga besar Sampoerna oleh penulis diceritakan ke dalam 9 Bab, yang dimulai dengan hijrahnya Liem Seeng Tee The Founder dari Anxi China ke tanah Jawa saat berusia 5 tahun bersama sang ayah Liem Tioe dan saudara perempuannya.

Jiwa berbisnis Liem Seeng Tee memang sudah terlihat saat dirinya harus berjuang mempertahankan hidup di Surabaya sejak berusia 11 tahun. Saat berusia 19 tahun, Liem Seen Tee menikah dengan Siem Tjiang Nio (15). Saat itu pula Liem telah menciptakan rokok kretek sigaret “Dji Sam Soe”, sebuah brand yang akhirnya membawa empat generasinya ke puncak kesuksesan.

Usaha bisnis Liem diwarnai pasang surut termasuk pada jaman G 30 S PKI dan krisis melanda Indonesia tahun 1997. Setelah krisis, bisnis Sampoerna kian fokus dan terus berkembang (halaman 127).

Pepatah kuno China, “the first generations establishes the business, the second generation makes the money, the third generation loses it”, selalu menjadi acuan Pak Putera Sampoerna dalam menjalankan bisnisnya. Ini terbukti dengan penjualan saham Sampoerna ke Philip Morris tahun 2005.

Namun perjuangan keluarga Sampoerna tidak terhenti meski saham sudah dijual. Mereka membentuk Sampoerna Foundation sebagai media ‘berbakti’ pada tanah air untuk membantu pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.

Deskripsi :
Buku ini cukup unik baik dari ilustrasi dengan warna yang menyolok dan bentuk tulisannya, membuat beda dengan buku cerita lainnya. Seolah-olah kita dihadapkan pada sebuah buku cerita bergaya bahasa tutur yang rapi, meski seluruhnya menggunakan bahasa Inggris. Padahal buku ini sebenarnya sebuah buku tentang bisnis Sampoerna, tapi mampu membuat pembaca tidak bosan membolak-balik halaman yang kaya dengan budaya Indonesia.

Penulis sangat tajam daya intuisinya dalam menuangkan perjalanan tiga generasi dari keluarga besar Sampoerna. Bahkan catatan-catatan kecil yang terkait dengan simbol budaya Indonesia, dicantumkan dalam buku ini, seperti wayang, sindhen dan minuman sinom. Apalagi penulis sejak kecil tinggal di luar negeri, namun budaya Indonesia tetap dimunculkan dalam buku ini sebagai simbol nasionalismenya.

Hanya saja, buku ini tidak dijual bebas di toko buku dan harganya tergolong mahal bagi kantong masyarakat Indonesia. Padahal, isinya sangat bagus dan bisa menjadi dokumentasi penting bahwa di negara kita ada pengusaha sukses yang membangun perusahaan sampai tiga generasi.

Bagikan
Berita Terkait

Cinta Dunia Akhirat

Misteri Tangan Kanan

Tubuh Gemuk Tapi Ramping

The Secret

Cinta di Atas Mahligai Iman


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs