Jumat, 22 November 2024

OPOP Unusa Bawa 5 Inovasi di Startup Festival 2019

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Unusa tampil di Startup Festival 2019 bawa 5 inovasi. Foto: Humas Unusa

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang dipercaya Pemerintah Provinsi Jatim mengelola One Pesantren One Product (OPOP) bersama ITS dan ICSB, hadir pada Startup Festival 2019.

Startup Festival 2019 menghadirkan aktivitas industri kreratif Jawa Timur dan digelar di Grand City Surabaya mulai Kamis (24/10/2019) sampai dengan Minggu (27/10/2019).

“Unusa akan hadir atas nama OPOP yang dibangun bersama Pemprov Jatim, ITS dan ICSB. Keempat institusi yang bekerja sama ini tidak pernah berhenti membuat terobosan untuk mengenalkan OPOP sebagai program yang digagas Gubernur Jatim, baik kepada masyarakat luas maupun masyarakat pesantren,” terang Mohammad Ghofirin S.Pd., M.Pd., Direktur OPOP Training Center Unusa.

Lebih jauh, Ghofirin menambahkan OPOP dibangun di atas tiga pilar. Pilar pertama santripreneur dengan aktornya santri. Pilar kedua pesantrenpreneur dengan aktornya adalah koperasi pondok pesantren. Dan, pilar ketiga sociopreneur dengan aktornya para alumni pesantren.

“Melalui kegiatan pameran semacam startup festival ini, OPOP juga ingin mengenalkan produk-produk kalangan pesantren baik itu dari para santri, dari koperasinya atau produk alumninya,” tambah Ghofirin.

Mahasiswa Unusa, lanjut Ghofirin banyak yang alumni pesantren dan biasa disebut mahasantri. Banyak di antara mahasantri yang mampu menciptakan produk-produk inovasi startup.

Ghofirin mencontohkan produk bedong mantel atau disingkat bedman. Produk kalkulator kesehatan yang diciptakan Dosen Unusa. Juga produk scale bag, sebuah tas yang bisa mengukur beban. “Dalam gelaran tersebut Unusa akan menampilkan lima produk inovasi hasil karya mahasantri,” ujar Ghofirin.

Keikutsertaan OPOP dalam gelaran startup festival ini diharapkan memberi penyemangat baik bagi Pemprov Jatim maupun institusi yang terlibat untuk terus berkontribusi, terutama pesantren sebagai obyek OPOP.

“Kalau pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga pendukunganya bersemangat, maka pondok pesantrennya juga bersemangat mengembangkan OPOP. Insya Allah harapan menciptakan 1.000 produk unggulan pesantren di 2023 dapat terwujud,” tambah Ghofirin.

Keikutsertaan produk inovasi mahasantri Unusa dalam pameran, kata Ghofirin akan berdampak kepada Unusa baik internal maupun eksternal.

“Dampak internal, memberi suatu bukti kepada mahasantri Unusa bahwa produk mereka sudah diakui. Pasalnya produk yang diikutkan dalam pameran tersebut sudah melalui seleksi dan bukan produk sembarang. Ini tentunya menjadi legitimasi sekaligus apresiasi terhadap keberadaan produk mereka,” papar Ghofirin.

Sebagai universitas yang kurikulumnya berbasis wirausaha, Unusa mempuyai program mahasiswa wirausaha atau disingkat PMW. Melalui program PMW, mahasiswa Unusa diberi keterampilan berwirausaha melalui seleksi ide bisnis yang layak diberi modal awal berbisnis. Mahasiswa harus mampu mengembalikan pinjaman modal dalam jangka waktu tertentu.

“Hasilnya program ini sukses. Mahasiswa bisa menjalankan bisnisnya dan mengembalikan modal pinjmannya sesuai kesepakatan. Kesuksesan ini akan diterapkan di OPOP dengan label Program Santri Wirausaha atau PSW, karena sasarannya adalah santri. Sampai akhir tahun, OPOP menargetkan 150 produk pesantren yang akan diberi pendampingan hingga menjadi produk unggulan,” tegas Ghofirin.

OPOP juga akan meneruskan program SMK Mini yang sudah dirintis sejak 2014. Program SMK Mini merupakan program penguatan berupa pelatihan dan pengadaan barang penunjang praktik siswa santri. “Ada sekitar 100 SMK Mini yang akan disiapkan. Rencananya SMK Mini di pesantren akan disinergikan dengan program OPOP lainnya,” pungkas Ghofirin, Kamis (24/10/2019).(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs