Sabtu, 23 November 2024

Anak Muda Dibalik Font Indonesia 2021 Piala Dunia U-20

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Font Upakarti yang digunakan dalam tulisan "Indonesia 2021". Foto: Istimewa

Dibalik gegap gembita terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang, ada satu sosok yang luput dari pandangan banyak orang. Dialah Adien Gunarta seniman tipografi yang font buatannya digunakan dalam tulisan “Indonesia 2021”.

Font bernama Upakarti buatan pria asal Probolinggo ini sudah dibuatnya sejak 2015 silam. Kepada suarasurabaya.net, ia mengaku membagikan font ini di internet dalam format lisensi gratis. Font Upakarti miliknya bisa diunggah secara cuma-cuma di dafont dan fontspace. Font gratis ini lalu dipakai PSSI dalam proposal penawaran menjadi tuan tumah yang pada akhirnya disetujui oleh FIFA

“Inspirasinya dari aksara Jawa. Aksara Jawa kan masih banyak yang nggak bisa baca sekarang. Gimana caranya identitas visual dari aksara Jawa masih bisa dibaca diambil menjadi inspirasi ke font yang beraksara latin. Identitas jawanya meskipun aksara latin masih dipertahankan,” kata Adien pada Jumat (25/10/2019) menjelaskan ide yang melatarbelakangi font Upakarti.


Adien Gunarta seniman tipografi yang font buatannya digunakan dalam tulisan “Indonesia 2021”. Foto: Istimewa

Ia mengaku, sebelum Indonesia resmi dinyatakan terpilih sebagai tuan rumah, ia sudah mengetahui fontnya dipakai PSSI sejak masih tahap pengajuan ke FIFA. Saat itu, proposal pengajuan PSSI sudah beredar di media sosial facebook.

“Pertama kali tahu sejak proposal, oh ternyata PSSI pakai fontku. Oh yaudah. Soalnya kan yang pakai fontku udah banyak banget. Fontnya memang gratis. Banyak yang pakai. Proposal saya tahu dari facebook. Dari sebuah grup klub penggemar bola. Pokoknya itu rame banget. Tapi tahunya ya sendiri. Bukan dikasih tau dari pihak mana (official PSSI, red),” jelasnya.

Setelah itu, font buatannya mulai ramai diperbincangkan di media sosial setelah PSSI mengumumkan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Beberapa orang yang mengetahui karyanya, membuat pos apresiasi di twitter dan meminta PSSI mencantumkan Adien Gunarta sebagai pembuat font.

“Secara legal hukum gak ada (aturan harus mencantumkan, red). Gak usah minta izin, soalnya font ini lisensinya bebas banget. Dimudahkan untuk menggunakannya. Tetapi mungkin untuk institusi sebesar PSSI atau negara gitu, mungkin bisa ada sesuatu yang non formal, eh permisinya gitu loh. Mungkin beritahu dulu atau gimana,” jelas Adien yang saat ini menjadi Staf Komunikasi di Wikimedia Indonesia itu.

Sebelumnya, pada 2016 font milik Adien yang lain juga sempat dipakai pada salah satu adegan pada film Despicable Me. Font bernama Ceria Lebaran itu dipakai pada salah satu lokasi yang bertuliskan “Eagle Hair Club” di film animasi yang identik dengan minion berwarna kuning. Bedanya, saat itu tim dari film Despicable Me mengirim email pada Adien untuk memberitahu bahwa fontnya dipakai.

“Tapi emang kalau untuk proyek gede, perusahaan gede, kalau di luar negeri, mereka itu ngasih donasi. Sebagai bentuk apresiasi. Itu udah wajar banget di industri kreatif barat. Bentuk apresiasi donasi itu hal biasa,” katanya.

Ia menilai, saat ini sudah banyak masyarakat Indonesia yang paham cara mengapresiasi karya seni. Meski begitu, ia berharap, makin banyak sosialisasi kepada masyarakat agar karya seni mendapat apresiasi yang layak di Indonesia. (bas/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs