Angka kemiskinan di Jawa Timur mengalami sedikit penurunan pada akhir-akhir tahun 2015. Sementara, masyarakat miskin perkotaan di Jatim justru meningkat. Jumlah kemiskinan di Jatim disebut-sebut sudah terlalu sulit diturunkan.
Berdasarkan data statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, jumlah penduduk miskin sebesar 12,34 persen dari seluruh penduduk Jatim per Maret 2015 lalu menurun menjadi 12,28 persen pada September 2015.
Penurunan sebesar 0,06 poin dalam waktu satu semester ini menurut BPS Jatim sudah sangat bagus. Ini karena kemiskinan di Jatim sudah lebih awal memasuki kondisi kronis, atau hardcore poverty.
“Itu kondisi kemiskinan yang mana kemiskinan itu sudah sangat sulit diturunkan,” ujar M Sairi Hasbullah Ketua BPS Jatim di Kantor BPS Jatim, Senin (4/1/2016).
Sairi menyebutkan, yang menjadikan kemiskinan Jatim memasuki tahap kronis, karena faktor yang mempengaruhi sudah tidak lagi didominiasi oleh faktor struktural.
“Tapi juga karena faktor kultural, budaya, kebiasaan dan orientasi masyarakat miskin itu sendiri,” ujarnya. Menurutnya, penentu kemiskinan kondisi ini yang paling tampak adalah pola pikir masyarakat.
“Misalnya orang dikasih sumbangan modal untuk usaha, tapi malah dipakai untuk kenduri. Ini kan sudah merupakan faktor budaya,” katanya.
Daerah-daerah yang sudah memasuki kondisi ini, kata Sairi, sangat sulit menurunkan angka kemiskinan.
Oleh sebab itu perlu upaya masif, tidak hanya dari pemerintah, tapi juga masyarakat umum, terutama yang berkaitan dengan budaya masyarakat.
Sementara indeks kemiskinan secara umum di Jatim menurun, tapi indeks masyarakat miskin di kota justru meningkat.
Penduduk miskin di perkotaan di Jatim pada semester yang sama meningkat 22 persen yaitu sejumlah lebih dari 1,57 juta jiwa. Sedangkan di pedesaan, masyarakat miskin justru menurun 0,34 persen atau lebih dari 3,20 juta.
“Ini sebenarnya gejolak konjungter, di pedesaan mungkin ada peningkatan hasil usaha atau kesempatan bagi masyarakat bawah, sementara di perkotaan kelompok masyarakat bawah ternyata agak sulit mendapat penghasilan tambahan. Bisa saja seperti itu,” katanya. (den/ipg)