Kepulan abu erupsi gunung Bromo pada Jumat (8/1/2016) pagi ini terpantau 400 meter dari puncak Bromo dan menuju ke arah barat atau kabupaten Malang.
Seperti yang dilaporkan beberapa netter e100, beberapa wilayah di Malang terpantau diguyur hujan abu. Misalnya di daerah Sawojajar, Dinoyo, Malang kota, Perumahan Araya dan Pakis Malang.
Menurut I Gede Suantika Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi PVMBG, saat ini gempa tremor Gunung Bromo masih berlangsung tapi aktivitas erupsi cenderung menurun.
“Kalau kita bandingkan antara hari ini dan kemarin itu memang sama. Tapi kalau seminggu ini dengan 2 atau 3 minggu sebelumnya ada kecenderungan aktivitasnya menurun,” kata I Gede pada Radio Suara Surabaya.
Menurut Gede, upaya antisipasi yang akan dilakukan terkait bencana erupsi Bromo ini yang utama adalah dampak abunya. Abu sudah berdampak pada pertanian yang ada di Kaldera Tengger. “Jika tanaman sayur yang terus-menerus terdampak abu maka tamatlah. Tapi untuk tanaman besar bisa menunggu hujan untuk membersihkan abunya,” ujar dia.
Selain itu, bagi rumah warga yang terdampak abu Bromo, kata dia, harus segera dibersihkan. Selain menganggu kesehatan, abu yang bertumpuk semakin banyak bisa menyebabkan atap rumah warga roboh. Warga juga harus menggunakan masker saat beraktivitas.
Saat ini status Gunung Bromo masih dalam posisi Siaga, meski aktifitas turun dibanding selama tiga minggu terakhir, namun PVMBG belum merekomendasikan untuk penurunan status. Ini karena sifatnya yang fluktuatif bisa turun dan naik secara mendadak.
Sementara itu, radius 2,5 kilometer dari puncak Bromo harus tetap steril. Warga dan wisatawan tidak diperkenankan ke daerah savana, kawah dan lautan pasir.
Karakter Bromo 2016 ini hampir sama dengan 2010 lalu, dimana asap mengepul hingga berbulan-bulan. Berbeda dengan tahun 2000 lalu, letusan Bromo bersifat eksplosive. Wwalnya tidak ada tanda-tanda, tapi tiba-tiba meletus besar sampai beberapa kilometer. (dwi/rst)