Kopi Vietnam menjadi ramai diperbincangkan akhir-akhir ini karena kasus kematian Wayan Mirna Salimin alias Mirna (27) usai meminum kopi Es Vietnamens di salah satu restauran di Jakarta Pusat.
Adi W Taroepratjeka pakar kopi mengatakan bahwa kadar kafein pada kopi Vietnam yang pada dasarnya berjenis Robusta adalah lebih tinggi dibanding Arabika.
“Kadar kafein Robusta lebih tinggi dari Arabika, tapi paling dampaknya deg-deg-an atau mual karena tubuh mencoba memberi tahu asupan kafein sudah berlebih,” kata dia kepada Antara, Minggu (10/1/2016).
“Masalahnya Robusta manis dan dingin, orang kadang minumnya kebanyakan,” sambung dia.
Sementara itu, saat dihubungi Antara, Dr. Dicky Armein Hanafy Spesialis Jantung RS Bunda mengatakan bahwa kafein sendiri merupakan sebuah stimulan.
“Beda-beda orang yang merasakannya, tergantung pada kepekaan setiap individu,” ujar dia.
Lebih lanjut, melalui pesan singkat, dr. Siska S. Danny, SpJP Spesialis Jantung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita menyebutkan bahwa kopi dapat menginduksi gangguan irama jantung, namun hal tersebut jarang sekali ditemui.
“Pada kasus yang sangat jarang, kopi mungkin menginduksi gangguan irama jantung atau aritmia, namun umumnya aritmia ringan dan tidak menyebabkan kematian,” ungkap dia.
Seperti layaknya kopi, Kopi Vietnam dapat dinikmati baik panas maupun dingin. Kalori pada kopi pun tergantung pada cara penikmat kopi menegak kopi mereka.
“Kadang dengan tambahan gula dan mentega seperti di Aceh atau Singapura, diseduh dengan alat Vietnam drip di atas es. Bisa pakai susu kental manis atau air gula,” kata Adi.
“Beda jumlah kalori karena susu kental manisnya banyak sekali. Tapi kalau dibandingkan sama kopi Sanger-nya Aceh sih sebelas dua belas,” tambah dia. (ant/dwi)