
Nilai impor Jawa Timur sepanjang tahun 2015 turun 23,52 persen dibandingkan tahun 2014. Namun Sairi Hasbullah Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mengatakan, penurunan nilai impor ini malah merupakan sebuah peringatan (warning) bagi dunia industri.
Sebab, kata Sairi, 80 persen impor Jawa Timur adalah bahan baku yang digunakan oleh dunia industri. Jika bahan baku turun, maka dunia industri Jawa Timur juga ikut turun produktivitasnya.
“Ini warning buat dunia industri. Artinya perusahaan-perusahaan industri di Jawa Timur tahun lalu membatasi impornya. Karena itulah produksi turun, ekspor juga turun. Jadi bisa dipahami banyaknya PHK di Jatim tahun lalu. Meski memang tidak lebih tinggi dibandingkan provinsi-provinsi yang lain,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (15/1/2016) di Surabaya.
Nilai impor Jawa Timur sepanjang tahun 2015 memang masih didominasi oleh keperluan bahan baku yakni 80,52 persen. Namun itu merupakan suatu penurunan sekitar 5 miliar Dollar AS karena di tahun 2014 nilai impor Jatim sebesar 82,87 persen.
Impor migas Jawa Timur secara total pada tahun 2015 lalu menurun 50,28 persen. Sedangkan untuk impor non migas juga turun sebesar 12,62 persen.
Thailand, kini menjadi negara asal impor non migas ketiga terbesar Jawa Timur setelah Tiongkok dan Amerika Serikat. Biasanya, Singapura merupakan negara asal impor non migas ketiga terbesar di Jawa Timur.
Kontribusi Tiongkok, Amerika Serikat, dan Thailand mencapai 41,68 persen.
Impor Jawa Timur masih didominasi mesin-mesin dan peralatan mekanik, besi dan baja, gandum-ganduman, plastik, dan bungkil industri makanan.(dop/iss)