Minggu, 24 November 2024

Suku Bunga Tinggi Karena Industri Perbankan Sangat High Cost

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Antara

Industri perbankan Indonesia sangat high cost karena bank berupaya menarik dana publik dengan iming-iming suku bunga simpanan, kata Wisnu Wibowo Dosen Ekonomi Moneter Universitas Airlangga Surabaya.

“Dalam konteks MEA, biaya penghimpunan dana perbankan kita sangat tinggi. Di perbankan kita paling banyak adalah rekening kecil, yang rekening paus jumlahnya sedikit,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (22/1/2016).

Wisnu menambahkan, hal itu juga yang menyebabkan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia tidak cepat tertransmisi sehingga suku bunga kredit sulit turun.

“Tingginya suku bunga juga berdampak pada efisiensi ekonomi nasional secara keseluruhan. Kalau suku bunga tinggi, biaya investasinya menjadi mahal. Perusahaan mentransmisinya pada harga komoditas, ujungnya ynag menanggung adalah konsumen. Daya beli masyarakat juga bisa turun,” ujarnya.

Penyebab lainnya adalah bank tidak mengikuti acuan suku bunga yang diberikan pemerintah. “Perbankan kita ada 119 bank. Dilihat dari struktur pasar, hanya ada 16 bank besar. Dari 16 bank itu ada 4 sampai 5 bank yang market share-nya tinggi sehingga mempunyai kemampuan mempengaruhi suku bunga,” kata Wisnu.

Karena itu, Wisnu berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat melakukan pengawasan pada batas maksimal suku bunga penghimpunan dana. “Seharusnya tidak boleh lebih dari batas suku bunga LPS,” ujarnya.

Suku bunga yang tinggi, kata Wisnu, tidak ada untungnya pada target ekonomi pemerintah yang tinggi. “Kita kan punya suku bunga dasar kredit. Mestinya di angka sembilan persen agar kredit usaha rakyat bisa bergerak,” ujar Wisnu.

Terkait dugaan adanya kartel, Wisnu menilai KPPU tidak bisa memberikan vonis tanpa bukti-bukti konkret adanya permainan bank-bank untuk mengatur suku bunga.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
28o
Kurs