Setiap hari, sedikitnya ada 20 orang pejalan kaki meregang nyawa di Indonesia karena karena infrastruktur tidak memadai dan pengemudi kendaraan bermotor tidak memberi ruang, kata Alfred Sitorus, pendiri Koalisi Pejalan Kaki.
“Infrastruktur bagi pejalan kaki sangat penting karena pada dasarnya setiap orang ditakdirkan sebagai pejalan kaki. Oleh karena itu, selain pemerintah, pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya juga perlu diedukasi,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (22/1/2016).
Alfred memaparkan, Koalisi Pejalan Kaki yang tersebar di sepuluh provinsi mencatat pada tahun 2010, setiap hari ada 18 pejalan kaki yang meninggal dunia di jalan. Kemudian pada tahun 2012 meningkat, sebanyak 22 dari 73 korban kecelakaan di Indonesia adalah pejalan kaki. “Di tahun 2014 dan 2015 jumlah itu terus menurun. Hal ini sesuai harapan kita,” katanya.
Dia menjelaskan, sebanyak 80 persen fasilitas pejalan kaki di Jakarta tidak layak diakses pejalan kaki. Hampir 99 persen trotoar tidak bisa diakses penyandang disabilitas. “Di Surabaya memang ada banyak revitalisasi untuk jalan. Kami sudah komunikasi dengan Bu Risma tentang keramik di pedestrian supaya tidak licin. Juga masukan agar Pemkot Surabaya meningkatkan law enforcement agar pedestrian benar-benar digunakan untuk pejalan kaki, bukan buat yang lain,” ujarnya.
Sekadar diketahui, Koalisi Pejalan Kaki memperingati Hari Pejalan Kaki di Tugu Tani Jakarta tiap 22 Januari. “Pada tanggal 22 Januari 2012 di seberang halte Tugu Tani ada insiden kecelakaan yang memilukan. Sembilan orang dari duabelas pejalan kaki yang menjadi korban kecelakaan, meninggal dunia,” katanya.(iss/ipg)