Sabtu, 23 November 2024
Fakta Di Balik Gafatar

Antara Gafatar, Ahmad Musadeq dan Syeh Siti Jenar

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Ratusan mantan anggota Gafatar tiba di Juanda, Sabtu (23/1/2016). Foto : Dok suarasurabaya.net

Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar terus menjadi perbincangan publik. Organisasi ini mendadak dikenal setelah seorang dokter bernama Rica Tri Handayani dan anaknya yang berasal dari Yogyakarta menghilang sejak 30 Desember 2015 lalu.

Dokter Rica yang kemudian ditemukan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada 11 Januari 2016, ternyata anggota Gafatar dan berniat ikut hijrah ke Kalimantan Tengah untuk bercocok tanam bersamaan dengan lebih dari seribu anggota Gafatar lainnya yang sudah ada di Kalimantan.

Heboh pemberitaan Gafatar terus berlanjut hingga akhirnya lokasi penampungan Gafatar yang ada di Mempawah, Kalimantan Tengah dibakar Massa. Saat ini, lebih dari seribu pengikut organisasi itu terpaksa dipulangkan oleh negara ke daerah asal mereka.

Dan berikut beberapa fakta tentang Gafatar :

1. Menurut Din Syamsuddin, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Gafatar merupakan organisasi yang didirikan oleh Ahmad Mussadeq yang merupakan mantan narapidana. Menurut dia, Gafatar ini ada kaitannya dengan organisasi Al Qiyadah Al Islamiyah yang dipimpin langsung oleh Ahmad Mussadeq yang saat itu mengaku sebagai nabi baru setelah mendapatkan wahyu dari bertapa di Gunung Hede.

Setelah masa penahanannya berakhir, Mussadeq lantas bergabung dengan Milad Ibrahim yang mengakui jika Nabi Ibrahim AS adalah bapak tauhid, bapak monoteisme yang merupakan akar dari agama samawi yang ada di bumi sehingga ajaran yang disebarkannya menggabungkan Alquran, Taurat dan Injil. Penggabungan ajaran ini setidaknya juga diakui oleh Budi Laksmono, mantan Ketua DPD Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Jawa Timur yang ditemui suarasurabaya.net, pada Rabu (13/1/2015).

Din Syamsuddin juga mengatakan jika ajaran Gafatar menyimpang dari ajaran Islam. “Gafatar membawa paham yang menyimpang dari agama-agama yang ada, khususnya Islam. Seperti tidak wajib salat, tidak wajib puasa, dan sebagainya. Tentu ini tidak bisa dibenarkan,” kata Din di Jakarta, (13/1/2016).

2. Marsudi Syuhud, Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, juga menyatakan, Gafatar tidak sesuai ajaran Islam. Marsudi menjelaskan, perjalanan Gafatar membutuhkan 5 langkah. Yakni sirron atau sembunyi-sembunyi. Lalu ketika jumlah pengikutnya sudah banyak maka mereka melakukan gerakan secara terang-terangan atau jahron. Selanjutnya adalah fase hijrah atau pindah, saat ini Gafatar memasuki fase hijrah tersebut. Sedangkan fase keempat adalah perang, dan terakhir futuh atau kemenangan.

3. Rafani Achyar, Sekretaris MUI Jawa Barat mengatakan telah menemukan setidaknya 5 tindakan menyimpang yang dilakukan pengikut Gafatar, diantaranya adalah :
– Menurut Gafatar, menginjak Alquran itu tidak berdosa karena Alquran hanya sampul. Yang terpenting itu makna, isinya.

– Gafatar mengajarkan salat 5 waktu itu tidak wajib dan seperti olahraga saja. Yang wajib itu salat malam yaitu tahajud dan hajat.

– Salat berasal dari kata asollu yang artinya berkumpul. Jadi jika seseorang melakukan pengajian atau berkumpul, itu sudah melakukan salat.

– Mereka meyakini Tuhan itu Abraham dan tidak ada 9 wali kecuali Syeh Siti Jenar.

– Apabila tidak ada orang yang seakidah berarti musyrik termasuk orangtua atau keluarga lainnya. (fik)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs