Korban Bully di dunia pendidikan Indonesia secara fisik maupun non fisik masih kerap terjadi. Di Surabaya, kejadian itu sampai membuat bocah korban bully tidak mau ikut Ujian Nasional (UNAS). Hingga ada pula yang memutuskan untuk pindah sekolah.
Rian (laki-laki, bukan nama sebenarnya) misalnya, anak kelas 6 salah satu SD (Sekolah Dasar) swasta di Surabaya ini sampai tidak mau masuk sekolah karena jadi bahan olok-olokan teman-temannya. Padahal Rian harus melakukan persiapan intensif untuk menghadapi UNAS.
Ayu (bukan nama sebenarnya) kakak korban bercerita kepada suarasurabaya.net, mulanya Rian lah yang menjadi pembully teman-temannya mulai kelas 1 sampai kelas 5 SD. Dirinya suka mengejek nama orang tua teman-teman sekelasnya.
“Kadang adikku juga nge-bully teman-temannya secara fisik. Sampai orang tuaku sering banget dipanggil sama pihak sekolah,” ujar dia, Selasa (26/1/2016).
Namun seiring berjalannya waktu, teman-teman Rian mulai berani melakukan perlawanan saat menginjak kelas 6 SD. Meskipun tidak secara fisik, teman-temannya kompak untuk menjadikan Rian sebagai bahan olok-olokan mereka setiap hari.
“Adikku jadi ngga mau sekolah dan ngga mau ikut persiapan intensif UNAS. Sampai hari ini dia masih ngga mau sekolah. Akhirnya ibuku cari cara dengan ngikutin Rian intensif UNAS di luar sekolah kayak ikut les-lesan gitu,” kata Ayu.
Ayu mengatakan, padahal akhirnya teman-teman Rian mau memaafkan dirinya. Namun hingga saat ini menurut Ayu adiknya tersebut sudah tidak minat lagi untuk bersekolah.
“Sempat baikan sebenarnya, tapi efek bully itu membuat adikku sudah ngga minat sekolah lagi,” ujarnya.
Lain cerita Rian lain pula cerita Uswatun (perempuan, bukan nama sebenarnya), siswi kelas 7 SMP (Sekolah Menengah Pertama) Islam di Surabaya Barat. Menurut keterangan temannya, Uswatun memutuskan untuk pindah sekolah kemungkinan besar gara-gara sering dijadikan bahan ejekan teman-teman sekelasnya.
Menurut keterangan Hanif (bukan nama sebenarnya), teman sekelasnya, Uswatun merupakan pribadi yang pendiam. Sehingga sifatnya itu malah menjadi sasaran teman-temannya untuk dibully.
“Dia anaknya pendiam, jadi kalau anak-anak sedang ramai di kelas dia diam saja. Sehingga teman-teman saya sering ngomong ke dia, “He, kon bisu ta? (Hai, kamu bisu?)” ke dia. Teman-teman saya juga sering ngambil terus numpahin bekal makanannya ke lantai,” kata Hanif.
Uswatun memutuskan untuk pindah sekolah hanya 5-6 bulan semenjak ia awal masuk sekolah.(dop/dwi/rst)