Para korban jemaah program haji plus bayar satu gratis satu menyayangkan sikap penanganan penyidikan dilakukan Dirreskrimum (Direktorat Reserse Kriminal Umum) Polda Jatim. Sebab, kasus yang dilaporkan pada 29 Oktober 2014 dengan Nomor Laporam Polisi : TBL/600/X/2014/BARESKRIM, kemudian ditangani Polda Jatim, ternyata hanya satu orang sebagai tersangka.
“Yang ditetapkan tersangka itu Dicky Mastur Achmad,” kata Cahyono salah satu korban jemaah haji yang batal berangkat, saat di Polda Jatim, Selasa (26/1/2016).
Menurut dia, yang ditetapkan tersangka itu seharusnya Yunus Yamani selaku Direktur Utama PT Global Acces Tour and Travel yang ada di Jakarta, kemudian Nadya Farhani sebagai Direktur Marketing dan Pengembangan Bisnis. “Padahal dia (Dicky Mastur Achmad, red) itu hanya karyawan biasa,” ujar dia.
Cahyono mengungkapkan, dalam program haji plus bayar satu gratis satu, dirinya sudah menyetorkan Rp717.500 dollar US atau sekitar Rp5,1 miliar, yang dilakukan pada tahun 2012, saat masih kurs dollar Rp9.500, ditransfer ke rekening PT Global Acces Tour and Travel.
“Total yang seharusnya diberangkatkan itu 180 orang. Tapi, yang diberangkatkan di tahun itu hanya 110 orang, dan yang 80 orang tidak diberangkatkan. Ini saya merasa ditipu. Dan penyidik tidak tegas menetapkan seorang tersangka. Makanya ini tadi saya menyerahkan bukti dan klarifikasi pada penyidik,” kata Cahyono yang juga memiliki biro travel perjalanan.
Secara terpisah Kombes. Pol Raden Prabowo Argo Yuwono Kabid Humas Polda Jatim mengaku, bahwa penyidik sudah menangani sesuai poksinya, dan sampai sekarang masih didalami.
“Kasus ini masih berjalan, penyidik yang menangani juga masih mengumpulkan bukti lainnya dari keterangan yang menjadi korban,” Kombes. Pol Raden Prabowo Argo Yuwono Kabid Humas Polda Jatim. (bry/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
