Generasi yang lahir pada tahun 1990an sampai tahun 2000an atau Generasi Y, sebagian besar sudah melek teknologi salah satunya terhadap penggunaan gawai (gadget). Namun tidak bisa dipungkiri penggunaan gawai yang berlebihan bisa menyebabkan menurunnya interaksi sosial sesama manusia.
Tiyo Avianto praktisi media dan CEO PT Eyro Digital Technology mengatakan, apatis atau tidaknya Generasi Y akibat penggunaan gawai sebenarnya tergantung pada pribadi masing-masing.
Namun dirinya mengatakan apatisme itu sebenarnya bisa diatasi dengan menyeimbangkan kegiatan online dan offline.
“Sebenarnya tergantung kesadaran rekan-rekan sendiri. Harusnya bisa digabungkan antara kegiatan online dan offline. Misalnya, grup gamers online di media sosial, itu bisa kan membuat acara-acara seperti kopdar (kopi darat). Kopdar bisa menjembatani antara kegiatan online dan offline,” kata dia, Selasa (27/1/2016) di Surabaya.
Tiyo mengatakan, perkembangan dan inovasi teknologi seperti semakin majunya gawai memang merupakan dilema tersendiri.
“Kalau tidak disiasati bahaya memang. Steve Jobs saja melarang anak-anaknya untuk menggunakan smartphone. Jadi sebenarnya apatisme sosial ini sudah bisa diprediksi. Kembali ke personaliti masing-masing,” kata dia.
Sementara itu, Moh Noor al Azam dosen fakultas ilmu komputer Universitas Narotama menuturkan, jangan sampai dunia maya menggantikan dunia nyata.
“Ya tegur saja kalau pas ketemu atau cangkrukan gitu tapi masih mainan hp, chatting, atau apalah,” ujar dia.(dop/dwi)