Akhir Januari ini, PVMBG (Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi) mengamati bahwa komponen gas dalam magma di lubang kawah Gunung Bromo lumayan dominan. Sehingga pelepasan gas tersebut berakibat kejadian suara letusan dan lontaran fragmen magma dengan ukuran diameter mencapai 2 centimeter.
Hal itu disampaikan Hendra Gunawan, Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat PVMBG (Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi) kepada Sentral FM, Jumat (29/1/2016), mengatakan bahwa kategori kekuatan erupsi tipe stromboliann ini termasuk yang kekuatan letusannya tidak termasuk kuat.
“Jika dibandingkan tipe vulkanian atau lebih lebih plinian, karena memang magmanya tidak terlalu kaya akan gas. Dan Gunung Bromo bertipe strombolian dengan ciri erupsi letusan strombolian. Seperti letusan letusan sebelumnya terjadi juga,” katanya.
Di awal aktivitas erupsi pada Desember 2015, masih menurutnya, erupsi lebih didominasi oleh semburan abu. “Semburan abu ini akibat proses fragmentasi magma di lubang kawah pada kedalaman relatif dangkal,” terang Hendra Gunawan.
Semburan abu juga masih terjadi sampai hari ini, dimana dari pantauan PVMBG pukul 00.00-06.00 WIB, asap putih-kelabu sedang-tebal dengan tekanan sedang-kuat, terhembus ke arah timur dan timur laut. Ketinggian asap berkisar 900 meter dari puncak kawah (mdpk) atau 3.129 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Secara visual pantauan ini jelas teramati dari Pos PGA (Pengamatan Gunung Api) Bromo karena cuaca cerah-mendung, angin tenang dan suhu berkisar antara 11 sampai 14 derajat celcius. (her/dwi)