Persoalan anak, serta perlindungan terhadap hak anak-anak, dalam kaitanya dengan kekerasan yang dialami anak-anak, menjadi kajian utama dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Seminar Nasional Fiqih Anak, di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Sabtu (30/1/2016).
Pembahasan Rekernas fokus pada Fiqih Anak, yakni soal isu-isu aktual tentang persoalan anak, membahas persoalan terorisme, arah kebijakan Tarjih Muhammadiyah, maupun isu-isu strategis lain.
“Banyak problem perlindungan anak. Mulai dari rumah, main pukul, siksa (terhadap anak). Apalagi ada bapak tiri, ibu tiri yang berujung anak meninggal dunia. Ini masih kerap terjadi disekitar kita semua,” kata Yunahar Ilyas Ketua PP Muhammadiyah kepada suarasurabaya.net, Sabtu.
Kekerasan di luar rumah, lanjut Yunahar juga menimpa anak. Yunahar menyebut kekerasan di sekolah oleh guru dengan alasan mendidik, bahkan kekerasan seksual (pedofil) telah terjadi di sekolah bertaraf internasional sekalipun.
Kekerasan pada anak, kata Yunahar ada yang tersamar, yakni melalui tontonan. Anak mengamen, hasilnya dipakai beli lem untuk ngelem. Atau hasil mengamen dipakai membeli tiket bioskop yang menayangkan kekerasan atau tontonan yang tidak layak dilihat anak.
“Di negeri ini hampir tidak ada perlindungan terhadap anak. Anak dieksploitasi, dipaksa kerja. Bayi disewakan, digendong pagi-pagi diajak mengemis. Siapa yang melakukan perlindungan? Siapa yang melakukan pengawasan?” ujar Yunahar.
Dari rakernas Majelis Tarjih dan Tajdid, kata Yunahar, Muhammadiyah ingin membantu dari sisi teologi, mengkaji dari sisi fiqih serta hadist dalam perlindungan anak.
“Ancaman dosa atas tindak kekerasan anak akan dikedepankan disaat penegakan undang-undang perlindungan lemah karena pelaku tidak ditangkap, tidak dipenjarakan,” katanya.
Sementara itu disela-sela kegiatan berskala nasional itu dilakukan penyerahan santunan dan secara simbolis dilaksanakan dengan pemakaian sarung, baju koko dan peci kepada anak-anak eks Pekerja Seks Komersil (PSK) di Surabaya oleh Ketua PP Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas. (tok/ika/den)