Sabtu, 23 November 2024

Tradisi Imlek Tak Sekadar Sembahyang Tahun Baru

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
ilustrasi. Foto: analisadaily.com

Bagi warga Tionghoa, merayakan Imlek tak sekadar melaksanakan persembahyangan menyambut pergantian tahun. Bisa berkumpul bersama keluarga saat Imlek, sejatinya adalah yang paling mereka tunggu.

“Karena itu, beberapa keluarga memilih untuk berkumpul di restoran atau hotel setelah sembahyang Imlek. Berkumpul bersama keluarga menjadi bagian paling penting saat merayakan Imlek,” kata Freddy H. Istanto Direktur Syarikat Poesaka Soerabaia, Sabtu (6/2/2016).

Acara berkumpul bersama tersebut, lanjut Freddy biasanya memang diisi dengan makan-makan bersama, saling bercerita pengalaman dan saling memberikan Angpao. Yang tua memberikan angpao kepada yang muda.

Di Surabaya sendiri, kata Freddy, tidak banyak keluarga yang masih meneruskan tradisi-tradisi leluhur mereka terkait dengan perayaan Imlek. Bisa jadi karena perkembangan zaman, tradisi-tradisi itu mulai tergerus, berganti dengan kegiatan-kegiatan simbolis saja.

“Acara kionghi misalnya, dulu itu sepertinya wajib dilakukan oleh anak-anak kepada orang tuanya. Oleh cucu-cucu kepada Engkong dan Emaknya disaat Imlek. Sekarang ini sepertinya cukup dengan bersalaman dan saling berpelukan,” ujar Freddy.

Yuliani pengurus klenteng Hong San Ko Tee Jl. HOS Cokroaminoto, Surabaya, mengaku punya pengalaman tidak jauh berbeda dengan Freddy H. Istanto terkait perayaan Imlek.

Setelah melakukan persembahyangan di Klenteng, biasanya keluarga besar Yuliani memilih langsung menuju tempat yang sudah ditentukan untuk bertemu, dan merayakan Imlek.

“Bisa di hotel atau restoran. Bertemu keluarga, mulai yang tua-tua sampai anak dan cucu. Bagi angpao, makan bersama, sambil cerita-cerita. Soalnya kalau di rumah pasti tidak cukup tempatnya. Setelah sembahyang pasti berkumpul bersama,” ujar Yuliani.(tok/fik)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs