Minggu, 24 November 2024

Umat Katolik yang Rayakan Imlek, Jangan Hanya Minta Kaya

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Romo Thomas dalam perayaan Imlek di gereka St Maria de Fatima petak sembilan Glodok. Foto: Jose Asmanu suarasurabaya.net

Berbicara tentang perayaan Imlek bagi masyarakat Jakarta tidak bisa dipisahkan dengan petak sembilan Glodog, Jakarta Barat.

Di kawan padat penduduk ini terdapat 9 vihara dan sebuah gereja Katolik yang dikelola oleh komunitas Tionghoa.

Setiap perayaan Imlek seperti sekarang ini vihara di petak sembilan ini dipenuhi masyarakat Tionghoa untuk mengucapkan syukur dan berharap berkah menurut keyakinannya.

Bisanya mereka datang brsama keluarga untuk menyerahkan persembahan atau hanya sekedar untuk membakar hio di depan patung Kwan Im yang diyakini sebagai dewa pembawa rezeki.

Masyarakat yang datang di vihara di kawasan Glodok ini rata-rata minta diberi kekayaan yang melimpah.

Suasana ini berbeda dengan perayaan menyambut Imlek di Gereja Katolik, St Maria de Fatima.

Gereja peninggalan zaman Belanda berusia sekitar 200 tahun ini masuk dalam cagar budaya yang harus dipertahankan keasliannya.

Pada Senin (8/2/2016), gereja yang berdekatan dengan vihara juga mengadakan misa khusus untuk menyambut Imlek.

Ornamen gereja seluruhnya berwarna merah, demikian pula pastur Thomas yang memimpin misa juga mengenakan jubah warna merah.

Romo Thomas pastur Paroki Taman sari mengatakan, umat Katolik tidak dilarang ikut merayakan Imlek. Imlek bukan ritual keagamaan tapi budaya leluhur Tiongkok dalam menyambut musim semi.

Yang dilarang kalau doanya hanya minta kekayaan yang melimpah ruah. Karena itu umat katolik yang memperingati Imlek agar tidak lupa berdoa untuk kehidupan yang harmoni dalam keluarga, berbangsa maupun bernegara.

“Apa gunanya hidup kaya tapi tidak harmoni,” kata Romo Thomas.

Puji-pujian dan khotbah dalam misa Imlek tahun 2567 di gereja St Maria de Fatima Glodok ini seluruhnya menggunakan bahasa Mandarin. (jos/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
28o
Kurs