“Kasihan Pasha kalau tidak jadi kawin sama Veer. Lhaa sudah kadung cinta gitu. Pasha cantik juga kok. Sebenarnya yaa pas kalau kawin sama Veer, ganteng lakinya, perempuannya cantik pas toh?” kata seorang ibu berbaju bunga-bunga.
Lalu ibu yang di depannya menegaskan bahwa cinta sejati seharusnya memang tidak mengenal perbedaan lagi. “Tapi Veer bekas suaminya Icha. Mosok Veer sudha tidak cinta? Kalau cinta ya mestinya balik kawin lagi,” kata ibu satunya lagi.
“Belum tentu. Veer meskipun pernah kawin sama Icha, tapi Pasha juga sudah banyak berkorban buat Veer tooh? Mestinya Veer kawin saja sama Pasha,” ujar ibu berbaju putih, sambil membenahi duduknya.
Obrolan atau layaknya rumpian membahas Uttarran sebuah judul sinetron yang diputar TV swasta itu sepertinya mengalihkan kedukaan Selasa (9/2/2016) siang yang sejatinya tengah melanda Ibu-ibu di kawasan RW2 Kedungrejo Barat, Waru, Sidoarjo yang rumahnya sedang tergenang banjir.
Di sebuah halaman Taman Kanak-kanak (TK), tepatnya di depan sebuah kelas yang tidak sampai tergenangi air banjir, ibu-ibu tersebut duduk di beberapa peralatan yang biasa dipakai anak-anak untuk bermain-main saat jam istirahat sekolah.
Obrolan diselingi tawa, serta sendau gurau tersebut, adalah bagian keseharian yang selalu terjadi manakala para Ibu ini usai melaksanakan kewajibannya untuk memasak atau mencuci pakaian buat keluarga masing-masing.
“Banjir Mas. dari semalam, kok airnya tambah tinggi. Biasanya cuma sampai halaman rumah. Kok sekarang ini masuk kedalam kamar. Dapurnya juga terendam air. Kalau tidak hujan atau banjir, namanya juga Ibu-ibu selesai masak yaa ngrumpi,” ujar Sulis satu diantara ibu-ibu diiringi tawa segar saat ditemui suarasurabaya.net.
Ketika banjir melanda kawasan Kedungrejo Barat atau perkampungan sisi timur Terminal Purabaya, Bungurasih Sidoarjo dengan ketinggian sampai mencapai pinggang orang dewasa, Ibu-ibu itu tak lupa dengan agenda ngrumpi, atau ngobrol-ngobrolnya. Banjir menggenang, ngrumpi Utarran tetap jalan.(tok/ipg)