Guguran awan panas pada Sabtu (13/2/2016), menambah endapan volume material vulkanik di puncak Gunung Semeru.
Nur Affandi petugas hidrologi di Kantor Pengendalian Lahar Gunung Semeru BBWS Brantas mengatakan, besaran volumenya sejauh ini tidak bisa dihitung secara pasti.
“Volumenya jutaan meter kubik. Material itu mengendap di puncak Semeru dan di jalur lava sektor tenggara,” katanya kepada Sentral FM, Selasa (16/2/2016).
Material yang selama ini mengendap berupa pasir dan bebatuan merupakan akumulasi dari penumpukan yang terjadi selama dua tahun belakangan, karena selama itu tidak pernah terjadi banjir dalam volume besar.
Menurutnya, material vulkanik ini baru akan berpotensi menjadi lahar jika di kawasan puncak diguyur hujan lebat. “Kalau curah hujan semakin tinggi dengan durasi diatas satu jam sampai dua jam dan ditunjang hujan puncak yang memang sangat berpotensi membawa material vulkanik turun,” kata Nur Affandi.
Material vulkanik akan turun ke DAS (Daerah Aliran Sungai) Semeru yang ada di bawahnya. Diantaranya di DAS Curah Kobokan, Besuk Kembar, Kali Rejali, Kali Mujur dan Besuk Sat.
Sementara, Wawan Hadi Siswoyo Kepala Sub Bidang Kedaruratan BPBD Kabupaten Lumajang mengatakan, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang beraktivitas di DAS Semeru agar meningkatkan kewaspadaan.
“Kalau hujan air kelihatan keruh dan debit agak tinggi, penambang diimbau naik ke bantaran. Kita berharap masyarakat penambang mematuhi dan memahami itu. Tujuannya agar tidak terjadi korban ketika sungai meluap,” katanya.
Selain itu, BPBD Kabupaten Lumajang juga memobilisasi relawan dan Tim Reaksi Cepat (TRC) Bencana untuk memantau debit air dan potensi lahar.
“Jangan sampai kita lengah di saat debit tinggi sehingga masyarakat belum sempat menyelamatkan diri. Selain itu, kita juga mewaspadai adanya permukiman di bibir sungai seperti di Dusun Bondeli,” kata Wawan. (her/iss/ipg)
Teks Foto :
– Aktivitas penambangan di DAS Semeru yang rawan terkena aliran lahar dingin.
Foto : Sentral FM