Kamis, 28 November 2024

Intensitas Hujan di Puncak Semeru Tinggi, Waspada Banjir Lahar Dingin

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Intensitas hujan di kawasan puncak Gunung Semeru belakangan mulai tinggi. Dampaknya, curah hujan kemudian meluncur turun membawa aliran material vulkanik yang menumpuk di puncak ke seluruh DAS (Daerah Aliran Sungai) di bawahnya.

Hendro Wahyono Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Minggu (28/2/2016), mengatakan akibat debit hujan puncak meninggi, aliran lahar selama Februari ini sudah terjadi 4 kali.

Terakhir terjadi kemarin, dimana lahar meluncur ke DAS Semeru dalam waktu beberapa puluh menit saja.

“Aliran lahar yang terjadi kemarin sore, durasinya tidak sampai sejam kok. Lahar dingin ini membawa turun material pasir dan bebatuan dari puncak Gunung Semeru. Ini berarti mengurangi endapan material vulkanik yang ada di puncak,” katanya.

Pasalnya, volume material vulkanik yang saat ini menumpuk di puncak gunung dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl) ini sangat besar.

“Volume endapan material vulkanik di puncak Semeru jutaan metrik ton. Apalagi pasca terjadinya semburan awan panas beberapa waktu lalu yang semakin menambah volume endapannya,” paparnya.

Intensitas hujan puncak ini, sesuai prakiraan BMKG masih akan terus meninggi hingga akhir Februari depan. Diperkirakan jika hujan puncak terjadi dengan interval lebih dari satu jam, maka potensi luncuran lahar dingin juga akan semakin besar volumenya.

“Untuk itu, kami mengimbau kepada masyarakat yang beraktivitas di DAS kaki Gunung Semeru, diantaranya Kaliglidik, Kalirejali dan Kalimujur untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Terutama bagi para penambang pasir. Jika di kawasan puncak terjadi hujan, maka sebaiknya menghentikan aktivitasnya segera,” terangnya.

BPBD Kabupaten Lumajang sendiri sebagai upaya peringatan dini, sejauh ini telah mengoperasikan dua piranti EWS (Early Warning Sistem) yang dipasang di DAS Semeru. Alat EWS ini terkoneksi dengan alarm sebagai peringatan dini bagi masyarakat yang beraktivitas di sana.

“Selain itu, BPBD juga berkoordinasi dengan Kantor Pengendalian Lahar Proyek Gunung Semeru BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Brantas yang mengoperasikan alat detektor banjir lahar,” jelasnya.

Namun, masih menurut Hendro Wahyono, operasional EWS yang saat ini dioperasionalkan dengan biaya pengadaan Rp. 30 juta perunit ini, dinilai maish belum ideal. “Sebab, titik DAS Semeru kan panjang dan memiliki 3 jalur berbeda antara Kaliglidik, Kalirejali dan Kalimujur. Setiap DAS idealnya dipasang 30 unit EWS. Sehingga totalnya dibutuhkan 90 unit EWS,” tuturnya.

Untuk menambah piranti peringatan dini tersebut, BPBD Kabupaten Lumajang telah mengajukan bantuan pengadaan kepada BPBD Provinsi Jatim dan BNPB. Meski sejauh ini masih belum ada jawaban untuk menambahnya.

“Tapi, kami juga berupaya mengadakan sendiri dengan support APBD Kabupaten. Targetnya setiap tahun kami menambah 1 unit. Ini dilakukan untuk menjamin keselamatan jiwa masyarakat dari potensi lahar dingin yang rutin terjadi ketika musim hujan mengguyur,” demikian pungkas Hendro Wahyono. (her/dwi)

Teks Foto :
– Potret lahar dingin yang meluncur ke DAS (Daerah Aliran Sungai) Gunung Semeru di kawasan Besuk Sat, Desa/Kecamatan Pronojiwo.
Foto : Ist

Berita Terkait

Surabaya
Kamis, 28 November 2024
30o
Kurs