Bencana longsor melanda Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Lumajang. Sebanyak 13 titik longsor terjadi di Desa yang menjadi pemukiman warga suku tengger di lereng Gunung Bromo ini.
Hendro Wahyono Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM mengatakan, dari laporan yang yang disampaikan Ismail selaku Kepala Desa (Kades) Argosari, longsor terjadi sekitar pukul 10.00 WIB.
“Dilaporkan, longsor terjadi disekitar puncak B-29. Totalnya ada 13 titik longsor. Enam diantaranya paling parah, yakni di Jalan Dusun Gedog-Argosari sebanyak 4 titik longsor. 3 titik sudah teratasi dan tinggal 1 titik yang masih dalam proses pembersihan sampai siang ini,” katanya.
Selain itu, bencana longsor juga berdampak terhadap Balai Desa Argosari. Dimana bagian belakang Balai Desa terjadi longsoran. Yakni, tanah perbukitan yang berada di belakang tembok Balai Desa setinggi 20 meter longsor. Akibatnya, tembok Balai Desa roboh.
“Untuk penanganannya, kami sudah menerjunkan 6 personil TRC (Tim Reaksi Cepat) BPBD Kabupaten Lumajang ke lokasi. Di sana, personel TRC bergabung dengan warga untuk melakukan pembersihan secara manual dengan jalan kerja bakti,” paparnya.
Hendro Wahyono juga menyampaikan, bahwa Desa Argosari merupakan salah-satu wilayah yang rawan terjadi bencana longsor. Hal itu disebabkan tanah perbukitan di pemukiman suku tengger ini banyak digunakan sebagai areal pertanian yang menggunakan sistem vertikal.
“Jadi perbukitan di sana dijadikan areal tanam komoditi sayuran, tanpa ada pepohonan. Pola tanamnya juga vertikal, bukannya terasering. Sehingga ketika hujan mengguyur deras, maka kontur tanah perbukitan itu menjadi labil dan rawan longsor. Kondisi itu yang terjadi hari ini, dimana perbukitan itu yang akhirnya longsor,” katanya.
Untuk mengantisipasi agar longsor tidak terulang, ia mengakui, tidak mudah merubah pola pikir pengolahan lahan diantara petani sayur di Desa setempat.
“Kami sudah banyak melakukan sosialisasi, bahkan terakhir juga melibatkan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lumajang. Namun pelan-pelan kita akan rumah pola tanam tersebut, agar perbukitan jadi lebih kokoh. Caranya, petani harus banyak menanam pohon sebagai penguat,” ujar Hendro Wahyono. (her/dop/rst)