Candy Dulfer alto saxophonist asal Belanda, bukanlah orang baru di dunia jazz. Kepiawaian bermain saxophone sejak usia dini mengundang banyak kekaguman kritikus musik.
Ketika usia Dulfer baru 14 tahun, sudah mampu membuat album bertajuk “Sexuality”. Album ini sukses luar biasa dalam penjualan, dan mendapat “gold” karena tembus di angka 500.000 keping CD. Penikmat jazz kontemporer banyak dibuat kagum oleh style “funky alto saxophone” Candy Dulfer dalam album perdananya. Hasilnya, album tersebut meraih nominasi Grammy.
Saat tampil di Java Jazz Festival 2016 kemarin (Jumat dan Minggu, 4 dan 6 Maret), gaya lincah dan atraktif Dulfer menghentak ratusan penggemarnya. Bahkan saat dia menampilkan komposisi terakhir, sambil terus memainkan saxophonenya, Dulfer turun panggung berkeliling di area penonton.
Ada yang menyatakan Dulfer adalah musisi visioner. Meskipun berakar jazz, Candy Dulfer kerapkali berinovasi menggabungkan jazz dengan genre klasik, R&B, blues dan funk. Ini yang mengundang minat Maddona, Prince, sampai group musik Pink Floyd minta Dulfer bekerjasama.(isa/iss)