Sabtu, 23 November 2024

Rakyat Irak Lakukan Protes Terbesar Sejak Kejatuhan Saddam Hussein

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Pengunjuk rasa berpartisipasi dalam protes anti-pemerintah di Baghdad, Irak, Kamis (31/10/2019). Foto: Antara

Puluhan ribu orang Irak berbondong-bondong menuju Baghdad Tengah pada Jumat (1/11/2019) untuk menuntut pembubaran cabang-dan-ranting elit politik, pada hari terbesar demonstrasi massa anti-pemerintah sejak kejatuhan Saddam Hussein.

Lima orang tewas akibat luka yang mereka derita pada malam sebelumnya. Terlebih setelah pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan peluru karet terhadap pemrotes yang berkumpul di Bundaran Tahrir di ibu kota Irak. Menurut beberapa sumber rumah sakit dan polisi, sedikitnya 103 orang mengalami cedera.

Protes tersebut terjadi saat 250 orang telah tewas selama satu bulan belakangan, meningkat secara dramatis dalam beberapa hari belakangan ini. Seperti yang dikutip Antara dari Reuters, Sabtu (2/11/2019).

Protes itu menarik massa dalam jumlah banyak dari seluruh lapisan etnik dan aliran di Irak untuk menolak partai politik yang berkuasa sejak 2003.

Ribuan pemrotes telah berkumpul di bundaran itu, dan ribuan orang lagi bergabung dengan mereka pada Jumat. Hari Jumat dipilih karena bertepatan dengan hari besar umat Muslim sehingga dapat menarik massa paling banyak dan pemrotes menunaikan shalat di jalanan.

Sampai tengah hari, puluhan ribu orang telah berkumpul di bundaran tersebut dan mengutuk para elit yang mereka pandang sangat korup. Mereka juga mengutuk elit yang terikat pada negara asing dan bertanggung-jawab atas privatisasi setiap hari.

Protes yang awalnya berlangsung damai, menjadi rusuh setelah malam tiba. Saat itu, polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk memerangi pemuda yang memproklamasikan diri sebagai “revolusioner”.

Bentrokan dilaporkan telah terpusat di Jembatan Republik –yang mengarah ke seberang Sungai Tigris menuju Zona Hijau tempat gedung pemerintah yang dihaga ketat.

“Setiap kali kami mencium kematian dari asap kalian, kami makin merindukan untuk menyeberangi jembatan republik kalian,” tulis seseorang di tembok di dekat jembatan.

Amnesty International mengatakan pada Kamis (31/10/2019) pasukan keamanan menggunakan tabung gas air mata dengan model granat militer yang 10 kali lebih keras dibandingkan dengan tabung gas air mata standard.

“Kami bersifat damai tapi mereka menembaki kami. Kami ini apa, militer IS? Saya melihat seseorang tewas. Muka saya terkena tabung gas air mata,” kata Barah (21), yang wajahnya dibalut perban.(ant/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs