Sabtu, 23 November 2024

Penyadaran Napi Teroris di Lapas, Bisa Menjadi Indeks Deradikalisasi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan

Hamdi Muluk Guru Besar Psikolgi Universitas Indonesia mengatakan, proses penyadaran napi terorisme jelas berbeda dengan napi tindak pidana biasa. Itu dibutuhkan perenungan serta strategi tepat untuk bisa mengajak mereka berkomunikasi.

“Tentunya ini adalah hasil perenungan yang panjang. Soalnya teman-teman (napi terorisme) pernah punya keyakinan dan terpikat ideologi teroris serta tergiur iming-iming bahwa kita butuh negara Islam, meski harus ditempuh dengan kekerasan. Mereka juga berpikir bahwa hanya orang yang sepaham dengan mereka yang bisa mengelola negara. Jadi harus ada pendekatan secara khusus kepada mereka yang harus dimiliki oleh para petugas Lapas,” ujar Hamdi Muluk di Jakarta, Sabtu (12/3/2016).

Hamdi menilai, harapan para napi terorisme tentang negara Islam itu adalah konsep yang tidak beralasan. Itu harus terus ditanamkan kepada mereka sekaligus meyakinkan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah ideologi Pancasila suatu keniscayaan.

“Sekarang kita harus terus membina dan merangkul mereka untuk bisa menjalani dan mengisi kehidupan yang lebih baik. Artinya, setelah proses penyadaran ini, harus ada proses lanjutan untuk mengantar mereka kembali ke masyarakat, setelah bebas dari penjara nanti,” kata dia.

Sejauh ini, BNPT telah menyiapkan berbagai instrumen untuk menjalankan deradikalisasi antara lain pembuatan modul identifikasi napi terorisme dan tim pelaksana identifikasi dalam Lapas. Hamdi mengungkapkan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk memperbarui data-data napi terorisme sekaligus untuk mengembangkan instrumen tersebut dengan melihat skala-skala psikologis, kerentanan dan radikalisasi terhadap napi tersebut.

“Ini nantinya akan digunakan untuk melihat index radikalisasi dari napi tersebut. Sehingga kita tahu seberapa besar kadar radikal masing-masing napi selama menjalani deradikalisasi,” ujar Hamdi Muluk.

Tidak hanya bagi napi terorisme yang selama ini telah menjalani hukuman, juga harus dikembangkan instrumen identifikasi untuk napi yang baru masuk seperti yang baru ditahan pihak kepolisian. Juga masih banyak variabel-variabel yang akan dipakai bagi tim identifikasi ini yang nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat radikal bagi napi tersebut.(faz/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs