Perkembangan teknologi dan kebutuhan informasi masyarakat mengharuskan Suara Surabaya (SS) Media terus menyesuaikan diri. Untuk kebutuhan itu, SS Media mulai menerapkan Data Driven Journalism.
SS Media telah berdiri sejak 1983 silam. Mengawali debutnya sebagai radio jurnalisme, SS berkembang menjadi citizen jurnalism radio pada 1994.
“Warga saat itu skeptis dengan jurnalisme satu arah dan mulai berkontribusi dalam jurnalisme,” kata Errol Jonathans CEO SS Media dalam Seminar dan Talk Show tentang Big Data dan Internet of Thing (IoT) di Telkom Divre V Ketintang, Surabaya, Sabtu (9/4/2016).
Pada 2013 lalu, SS Media mulai menjadi media yang menerapkan new jurnalism. Informasi menjadi multi arah memanfaatkan media online dan media sosial.
Seiring berjalannya waktu, pendengar Radio SS kini telah mencapai 1,3 juta pendengar. Belum termasuk netizen fanpage Facebook e100 dan twitter e100ss.
Errol mengatakan, data pengakses SS Media pun terus berkembang. Jurnalisme warga seputar peristiwa di Surabaya dan sekitarnya terus berkelindan.
“Jumlah data ini sangat besar. Kami mulai melakukan pengolahan data dengan konsep Data Driven Journalism atau DDJ,” ujarnya.
Data Driven Journalism (DDJ) adalah istilah yang dikenalkan oleh Mirko Lorenz asitek informasi dan jurnalis multimedia asal Jerman sejak 2009 lalu.
Elemen dalam DDJ antara lain penggalian data jauh ke dalam, menyaring informasi itu, kemudian menatanya sehingga menjadi informasi yang lebih spesifik.
SS Media mulai melakukan pengolahan data pendengar dan pelaporan yang masuk di radio dengan konsep ini, untuk memunculkan isu-isu baru.
Misalnya data kejahatan di Surabaya selama kurun waktu tertentu hasil pelaporan pendengar, dapat dirinci sedemikian rupa.
“Hasil olah data bisa sangat rinci, misalnya jenis kejahatan terbanyak, sampai rata-rata jenis kelamin korban. Data ini bahkan digunakan oleh kepolisian,” katanya.
Di udara, hasil pengolahan data ini dikonversikan menjadi topik-topik baru yang lebih dalam dan segar untuk disajikan kepada pendengar.
Namun, Errol mengakui, data-data ini memang terbatas pada peristiwa yang sudah terjadi dan dilaporkan oleh pengakses SS Media.
“Nah, ini menjadi tantangan bagi kami bagaimana mengolah data itu hingga bisa menjadi bentuk yang lebih bermanfaat bagi pendengar,” ujarnya.
Errol berharap, penerapan DDJ ini bisa mengarahkan SS Media menjadi panduan dalam tiga dimensi yang hendak dicapai. Yakni fungsional menyajikan informasi, secara sosial menjadi kontrol, serta memberikan sumbangsih dalam hal mental spiritual bagi pengaksesnya.(den/fik)