Berlanjutnya siklus erupsi Gunung Bromo, mendatangkan kecemasan bagi pengelola hotel di kawasan tersebut. Karena pasca mereda erupsi pada Februari lalu, okupansi hotel belum benar-benar pulih, sekarang sudah erupsi lagi.
Digdoyo Jamaludin Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo kepada Sentral FM, Selasa (12/4/2016), mengatakan bahwa erupsi lanjutan ini berpotensi menurunkan kembali okupansi hotel karena pengunjung membatalkan kunjungan.
Sejauh ini okupansi hotel di kawasan Bromo sudah menunjukkan peningkatan, dengan rata-rata hunian perharinya mencapai 25 persen. “Di Bromo terdapat 14 hotel dengan 490 kamar. Hunian wisatawan maksimalnya bisa mencapai 1.000 orang. Okupansi hotelnya sejak status Gunung Bromo diturunkan dari Siaga menjadi Waspada, Februari lalu, berangsur mulai naik,” katanya.
Pak Yoyoh, demikian sapaan akrab Digdoyo Jamaludin, mencontohkan untuk Hotel Yosi yang dikelolanya dengan 40 kamar, hunian rata-rata berkisar 15 kamar.
Dia juga menyebutkan, jika belum normalnya okupansi hotel ini karena saat ini memang belum memasuki peak season bagi wisatawan. Baik wisatawan umum maupun pelajar.
“Untuk peak season liburan pelajar yang kami prediksi akhir Mei sampai Juni depan. Sedangkan peak season wisatawan umum terjadi mulai Juli sampai September. Kalau peak season, tentu kunjungan wisatawan akan meningkat,” ujarnya.
Sementara itu terkait aktivitas Gunung Bromo hari ini, Hendra Gunawan Kepala Sub Bagian Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat mengatakan, sampai saat ini aktivitasnya masih sangat berfluktuatif.
“Sempat teramati lontaran dari dalam kawah dan dua hari lalu juga sempat teramati asap putih tipis dengan ketinggian 400 meter. Data deformasi kembali stabil, walaupun kemarin gempa vulkanik dangkal semakin bertambah. Namun energi tremornya secara umum masih dibawah energi tremor saat status siaga periode November sampai Februari lalu,” kata Hendra Gunawan. (her/ipg)
Teks Foto :
– Aktivitas wisatawan di Gunung Bromo.
Foto : Dok Sentral FM