Tingginya intensitas luapan lahar dingin dari puncak Gunung Semeru, mengakibatkan volume penumpukan material vulkanik di wilayah hulu semakin besar. Material berupa pasir dan batuan yang bertumpuk sudahmemenuhi penambang DAS (Daerah Aliran Sungai) sehingga rawan meluapketika lahar dingin susulan kembali menerjang.
Kondisi itu seperti yang terpantau di DAS Besuk Bang di Dusun Rowobaung, Desa/Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Dimana, penambang sungai yang penuh dengan debit material vulkanik, hanya tersisa kurang dari 3 meter saja.
“Kalau volume pasir dan batuan terus bertambah, akibatnya rawan meluap,” kata Paryono, Kepala Bidang Kedaruratan, Rekontruksi dan Rehabilitasi BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Rabu (20/4/2016).
Jika hal itu terjadi, masih katanya, maka dampaknya akan mengakibatkan bencana besar. Pasalnya di bawah DAS Besuk Bang, terdapat pemukiman warga di Dusun Rowobaung yang berjumlah 450 KK (Kepala Keluarga). “Maka ketika terjadi luapan, material vulkanik dari puncak Gunung Semeru akan langsung menerjang pemukiman warga di Dusun Rowobaung. Ini bisa seperti bencana Tahun 1981 lalu,” paparnya.
Dusun Rowobaung merupakan pemukiman warga terdekat dari puncak Gunung Semeru yang termasuk Kawasan Rawan Bahaya (KRB) I untuk bencana erupsi dari gunung dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl) tersebut. Dan DAS Besuk Bang juga merupakan perlintasan bagi luncuran lahar dingin maupun lahar panas serta lava pijar.
Ancaman luapan material vulkanik ini, menurut Paryono, juga diperparah dengan tidak lancarnya aliran DAS Besuk Bang menuju DAS Besuk Kembar di bawahnya. “Aliran lahar terhadang sungai di bawahnya. Sehingga material tertahan dan mengendap hingga terus menumpuk,” terangnya.
Guna mengantisipasi ancaman ini, BPBD Kabupaten Lumajang bersama dinas instansi terkait telah melakukan peninjauan lapangan guna memetakan potensi kerawanannya. Peninjauan ini dilakukan di areal dekat Jembatan Groundsiil Dusun Rowobaung yang kondisinya telah membahayakan.
“Karena material sudah menumpuk tinggi. Bahkan penampang jembatan juga tinggal beberapa meter saja dengan tumpukan pasir dan bebatuan di DAS Besuk Bang,” ujarnya.
Selama ini, penumpukan material vulkanik di DAS Besuk Bang juga tidak pernah dilakukan normalisasi seperti di DAS kantong lahar Semeru lainnya. Seperti di DAS Besuk SAT, DAS Kalirejali, DAS Kalimujur, DAS Besuk Sat. Sebab, di DAS Besuk Bang tidak ada perizinan tambang yang diterbitkan oleh Dinas ESDM Jatim.
Hal itu telah disampaikan kepada Dinas ESDM Provinsi Jatim untuk mempercepat diterbitkannya izin penambangan guna mengurangi potensi bencana yang lebih besar.
“Produksi pertambangan pasir di DAS Besuk Bang menjadi solusi terbaik untuk menormalisasi sungai dari penumpukan material vulkanik yang terus bertambah. Tindak lanjutnya, kami mengundang instansi terkait untuk menggelar rapat koordinasi di Kantor BPBD Kabupaten Lumajang guna mencari solusi penanganannya,” urainya.
Rakor ini, lanjut Paryono, dihadiri perwakilan dari Polres, Satpol PP, Kodim 0821, KPT (Kantor Pelayanan Terpadu), Dinas Pekerjaan Umum (PU), UPT PSDA Bondoyudo-Mayang, Bappekab, Bagian Perekonomian, Perhutani, Proyek Gunung Semeru dan Kepala Desa Pronojiwo.
“Melalui pertemuan ini, ada rekomendasi untuk melakukan normalisasi dengan anggaran Pemkab Lumajang. Kami akan melakukan normalisasi dengan pengerukan sungai untuk memperlancar aliran material vulkanik yang nanti akan terus meluncur dari puncak Gunung Semeru,” ujarnya.
Normalisasi DAS Besuk Bang yang dilaksanakan, hanya memperlancar aliran penampang sungai saja. Bukan pekerjaan memindahkan material vulkanik ke luar DAS.
“Karena jika itu dilakukan, berarti melakukan penambangan dan kami akan berhadapan dengan hukum karena perizinan tidak ada. Normalisasi ini akan dilakukan sebelum perizinan tambang diterbitkan Dinas ESDM Jatim,” demikian pungkas Paryono. (her/dwi)
Teks Foto :
– Potret DAS Besuk Bang di Dusun Rowobaung, Desa/Kecamatan Pronojiwo yang telah tertumpuk material vulkanik Gunung Semeru.
Foto : Sentral FM.