Ir Heri Supomo MSc, Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Jurusan Teknik Perkapalan raih Institution Medal of Distinction dari Royal Institute of Naval Architects (RINA) berkat publikasi penelitiannya di Journal of Small Craft Technology.
Menariknya, penghargaan bergengsi dunia di bidang perkapalan tersebut berawal dari niat mulia Heri mengembangkan industri galangan kapal rakyat di Indonesia. Ia sempat prihatin terhadap para pelaku usaha galangan kapal yang kesulitan mencari kayu.
Terlebih, penebangan pohon untuk kayu mulai dibatasi karena alasan keramahan lingkungan. “Alhasil, banyak pengusaha yang gulung tikar. Kalau begitu, lalu bagaimana kondisi ekonomi kerakyatan di daerah pesisir,” kata Heri.
Ide cemerlang kemudian muncul ketika Heri mengamati pembangunan jembatan desa yang kerap menggunakan bambu dan dapat bertahan dalam waktu lama.
Tak hanya itu, Heri juga mengaku terinspirasi oleh program Bambunisasi Nasional yang sempat dicanangkan Ir Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Lingkungan Hidup RI di tahun 1993-1998 silam.
Kala itu, Sarwono berpendapat bahwa selain merupakan komoditi yang bagus, bambu juga sangat berguna untuk lingkungan, khususnya dalam pencegahan bencana longsor, erosi, dan angin.
Heri pun berinisiatif menggunakan bambu sebagai bahan baku konstruksi kapal. “Saya coba hubungkan ide saya dengan gagasan Pak Sarwono karena ini bisa saling menguntungkan,” ujar Heri.
Sejak tahun 2011, Heri akhirnya intensif meneliti bambu, mulai dari metode pengukuran umurnya hingga karakteristik berbagai jenis bambu.
Hasilnya, bambu ternyata memiliki 150 persen kekuatan lebih besar dari kayu jati. Pengujian di laboratorium juga menunjukkan bahwa bambu memiliki sifat-sifat mekanis dan kimia yang memenuhi kualifikasi layak sebagai bahan konstruksi kapal.
Tidak hanya itu, satu diantara sifat dasar bambu adalah semakin kuat ketika semakin lama terkena air. Heri bahkan sempat merendam bambu di dalam air laut sejak tahun 2012 dan kondisinya masih bagus hingga sekarang.
Hal ini turut menjadi poin utama yang membuatnya yakin dengan penelitian yang digelutinya. “Berdasarkan karakteristiknya, ternyata hanya ada dua jenis bambu yang dapat digunakan, yakni Ori (orisinal, red) dan Betung,” kata Heri.
Dibimbing Prof Ir Djauhar Manfaat MSc dan Prof Ir Achmad Zubaydi MEng PhD, saat ini jurnal sembilan halaman tersebut memang baru berisi tentang penggunaan bambu sebagai kerangka luar kapal.
Namun, Heri menegaskan bahwa penelitian itu tak akan ada habisnya karena masih banyak yang menurutnya harus dikembangkan. “Tapi setelah penelitian empat tahun terakhir, saya bisa dengan yakin menyimpulkan bahwa bambu pasti dapat digunakan sebagai bahan seluruh konstruksi kapal,” ujar Ayah tiga anak ini.
Sementara itu, terdapat 7 penghargaan yang berbeda-beda yang juga hanya diberikan kepada tujuh orang dari seluruh dunia dan rencananya diserahkan di London, Inggris pada akhir April 2016 ini.
Membanggakan lagi, selain Heri, dosen ITS lainnya juga tercatat menerima penghargaan WHC Nicholas Prize. Yakni Vincentius Rumawas, dosen Jurusan Teknik Kelautan yang saat ini masih menempuh pendidikan doktoral di Norwegia.
Dari data di website RINA tercatat penerima Institution Medal of Distinction sebanyak dua orang, Jeom Paik Prize satu orang, Samuel Baxter Prize satu orang, WHC Nicholas Prize satu orang, Ian Telfer Prize satu orang, dan David Goodrich Prize satu orang.(tok/ipg)
Teks Foto:
– Ir Heri Purnomo penerima penghargaan internasional pada penelitiannya tentang Bambu.
Foto: Humas ITS for suarasurabaya.net