Rabu, 27 November 2024

Moderasi Islam ala NU akan Dikembangkan di 33 Negara

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan

Para ulama perwakilan negara-negara peserta International Summit Of The Moderate Islamic Leaders (Isomil) yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan membentuk Jam`iyah NU di negaranya masing-masing.

Hal itu disampaikan Ulama dari Libanon, Yunani, Lithuania dan Rusia, dalam deklarasi NU, di Jakarta Convention Centre (JCC), Selasa (10/5/2016).

Syaikh Abdul Nasheer Jabri, Rektor Universitas Kulliyatud Da`wah, Libanon mengatakan, nilai-nilai prinsipil yang dikembangkan NU selama ini adalah selaras dengan ajaran nabi Muhammad Saw, dalam membangun peradaban ummat. Terutama dalam hal pengembangan moderasi, toleransi dan peradaban Islam Nusantara yang selama ini dipraktikkan oleh NU.

“Paradigma Islam moderat ala NU ini harus terus dikampanyekan oleh berbagai pihak. Karena misi ini adalah hal yang sangat prinsipil dalam Islam. Islam moderat NU ini bukan milik kelompok tertentu, atau negara tertentu, tetapi memang inilah Islam sesungguhnya yang diajarkan Nabi,” kata Nasheer.

Lebih lanjut, ia juga mengkritisi sejumlah kelompok yang berorientasi pada perebutan kekuasaan, pembenturan negara dengan islam, penebaran konflik dan misi perang, seperti yang dilakukan Hizbut Tahrir, Al-Qaeda dan sejenisnya.

“Islam bukanlah hizb, bukan partai atau pasukan perang. Sebab Islam bukan fikrul harb, tidak berorientasi pada peperangan. Islam adalah fikrul ummah, yang berorientasi pada pengembangan peradaban ummat. Mewujudkan kesejahteraan, membina masyarakat dalam beribadah, membangun ketertiban umum,” ujar Nasheer.

Dari gagasan fikrul ummat ini, Islam, kata Nasheer bertanggung jawab membuat pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat kebudayaan, pusat ekonomi. Hal itu diamini para ulama dari 33 Negara peserta ISOMIL lainnya.

Para ulama dari empat negara, yakni dari Libanon, Yunani, Lithuania dan Rusia, berkehendak untuk meniru para ulama Afghanistan, yang telah membentuk NU yang menaungi para ulama di negaranya. Sementara sejumlah perwakilan negara lain, juga berniat mempelajari prinsip moderasi NU dan ajaran Pancasila, sebagai prototipe yang akan dikembangkan di negaranya masing-masing.

K.H Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU mengungkapkan, tawaran Nahdlatul Ulama tentang wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani.

“Islam Nusantara akan menjadi spirit bersama para peserta Deklarasi Jakarta, sebagai sumbangsih bagi peradaban islam yang menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian,” katanya.

Bagi para ulama perwakilan negara yang berinisiatif mengikuti langkah ribuan ulama di Afghanistan dalam membentuk Jam`iyah Nahdlatul Ulama, kata Kiai Sa`id, berkomitmen untuk mengembangkan prinsip NU, yakni tawassuth (jalan tengah, yaitu jalan moderat), tawaazun (keseimbangan; harmony), tasaamuh (kelemah-lembutan dan kasih-sayang, bukan kekrasan dan pemaksaan) dan i‘tidaal (keadilan).

“Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman: Cinta tanah air adalah bagian dari iman. Barang siapa tidak memiliki kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air. Barang siapa tidak memiliki tanah air, tidak akan punya sejarah,” katanya.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 27 November 2024
27o
Kurs