Sabtu, 23 November 2024

BNPT: Ciri Radikalisme dan Terorisme Tidak Dari Cara Berpakaian

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Mayjen TNI Hendri P. Lubis Deputi 1 Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Mayjen TNI Hendri P. Lubis Deputi 1 Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan radikalisme dan terorisme tidak bisa dinilai dari apa yang dikenakan seseorang.

“Kita menilai seseorang bukan dari penampilan fisiknya, yang paling bahaya adalah pemikirannya. Radikal dalam pemikiran, radikal dalam sikap, dan radikal dalam tindakan,” ujar Hendri dalam kegiatan yang digelar oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kepulauan Riau (Kepri) di Batam.

Dikutip dari siaran pers diterima di Jakarta, Kamis malam, Hendri pada acara yang menghadirkan 105 tenaga pengajar tingkat PAUD, TK, SD, SMP/Sederajat ini meluruskan persepsi yang salah tentang ciri radikal terorisme yang selama ini menjadi perdebatan berbagai kalangan.

Hendri mengatakan menilai seseorang sebagai teroris dan radikal hanya dari jenggot, cadar maupun celana cingkrang adalah pemikiran yang sederhana dan keliru.

Ia menyebutkan kasus terorisme di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Januari 2016. Pada peristiwa itu, pelaku teror mengenakan celana jeans, kaos, dan topi.

Karena itu, mantan Dansatinterl BAIS TNI ini menyatakan tidak ada korelasi yang kuat antara pakaian dan ideologi seseorang.

“Artinya, seseorang yang memakai celana cingkrang, jenggot, dan cadar bukan ciri pelaku terorisme,” ujar Hendri, seperti dilansir Antara.

Sementara itu, Reni Yusneli Ketua FKPT Kepri mengungkapkan, kegiatan bertajuk “Integrasi Nilai-nilai Agama dan Budaya di Sekolah dalam Menumbuhkan Harmoni Kebangsaan” ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan paham radikal terorisme di lingkungan sekolah.

Pada kegiatan ini, para peserta diberikan gambaran pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh para guru sebagai media pembentuk karakter anak yang mampu menciptakan integrasi antara nilai agama dan budaya di sekolah.

“Guru memiliki peran penting dalam menangkal tumbuhnya paham radikalisme, yakni dengan cara menanamkan rasa cinta tanah air dan memperdalam wawasan kebangsaan para murid,” ujar Reni. (ant/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs