Sabtu, 23 November 2024

Petani Tebu Lumajang Was-Was Jelang Buka Giling Pabrik Gula

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan
Ilustrasi

Petani tebu Lumajang was-was menjelang masa buka giling tebu tahun ini. Pasalnya, petani tebu khawatir hasil panennya tidak terserap oleh Pabrik Gula (PG) Djatiroto yang kapasitas gilingnya terbatas.

Hal ini disampaikan Budi Susilo, salah-satu petani tebu di Lumajang yang juga pengurus APTRI Nusantara XI kepada Sentral FM, Rabu (18/5/2016).

Ia mengatakan, produktivitas tebu hasil panen petani, potensinya melebihi kemampuan produksi salah-satu pabrik gula terbesar di Jawa Timur tersebut.

“Jumlah lahan tebu yang dibudidayakan petani tebu di Lumajang mencapai 21 ribu hektar. Hasil panennya mencapai 18 juta kwintal. Untuk sawah perhektarnya bisa menghasilkan panen 1.000 kwintal, sedangkan lahan tegal bisa menghasilkan 750 kwintal. Dan sebagian tebu yang dipanen, dikhawatirkan tidak terserap oleh PG,” katanya.

Kondisi ini disebabkan adanya permainan birokrasi di PG yang rumit dan berbelit. Salah-satu yang disorotinya adalah PG Djatiroto yang kondisinya juga tidak jauh berbeda.

“Padahal kami sudah memiliki wadah organisasi dibawah naungan APTRI (Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia) Nusantara XI,” paparnya.

Sebagai solusinya, APTRI mengkoordinir petani tebu untuk menggiling sebagian hasil panennya ke PG lain di luar Lumajang. Diantaranya dikirmkan ke PG Kebun Tebu Mas (KTM) di Lamongan. Hal ini dilakukan, karena PG Djatiroto sendiri juga over kuota produksi giling.

“Dulu yang terkover giling di PG Djatiroto, kapasitasnya mencapai 10 juta kwintal atau 1 juta ton tebu. 5 juta kwintal merupakan tebu TR dan 5 juta kwintal lainnya dari TS,” bebernya.

Rencana pengiriman tebu ke PG KTM di Kabupaten Lamongan ini, juga dilatar-belakangi hasil produksi tebu yang lebih baik. Tahun lalu dengan masa giling sebulan, rendemen giling tebu di PG KTM mencapai 14.

“Padahal kalau di PG Djatiroto maksimal rendemennya hanya rata-rata 8 saja. Soal rendemen tebu ini juga menjadi kekhawatiran lainnya dari petani tebu karena akan berdampak terhadap penghasilannya,” ujarnya.

Jika nanti sudah buka giling yang diperkirakan mulai bulan depan, APTRI akan mengirimkannya ke PG KTM karena sudah disepakati kontrak. Dan akan dibuat emplascement sendiri di wilayah Kecamatan Tempeh, Kedungjajang dan Jatiroto guna mengkoordinir pengiriman tebu ke PG KTM Lamongan.

“Sesuai kontrak yang disepakati, APTRI akan mengkoordinir pengiriman tebu hasil panen anggotanya sebanyak 3 juta kwintal tebu untuk hasil panen lahan 3 ribu hektar ke PG KTM di Lamongan. Dan PG KTM sendiri telah siap menerima dan memproduksi tebu dari petani Lumajang ini. Sesuai kontrak, petani akan menjual sendiri gula dan bagi hasil tetes produksinya,” urainya.

Pengiriman tebu ke PG di luar Lumajang ini dilakukan, jika tidak maka petani akan terpaksa dan dipaksa oleh keadaan untuk menjual tebu kepada pengepul atau petani yang memiliki jaringan kuat di birokrasi PG.

Menyikapi kondisi ini, APTRI Nusantara XI juga telah bersurat secara resmi kepada Direksi PTPN XI, bahwa tahun ini akan menjual gula dan tetes sendiri. Surat yang juga ditembuskan kepada Bupati Lumajang, yang saat ini belum dijawab juga oleh Direksi PTPN XI.

Padahal, saat ini petani tebu menunggu kepastian karena sudah ada investor yang bersedia membeli gula dan tetes.

“Malah investor telah menawarkan dan bersedia memberikan dana talangan penjualan tetes tebu Rp. 1000 perkilogramnya. Dimana ukuran bagi hasil tetes, untuk giling 1 kwintal tebu petani mendapatkan 3 liter tetes. Dan selama ini tetes tebu dijual oleh pihak PG. Karena sudah ada investor dan petani akan memberikan uang muka penjualan tetes, tentu kami sepakat,” paparnya. (her/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs