Harga gula yang terus meroket sangat menguntungkan para tengkulak, demikian penilaian Muhammad Arum Sabil Ketua Dewan Pembina Pusat DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI).
Para tengkulak membeli gula dengan harga termurah baik langsung dari petani atau pemerintah kemudian menyimpannya.
“Lalu saat perusahaan gula dan petani tidak punya gula akhirnya tengkulak ini akan panen besar-besaran. Apalagi ini masuk musim giling dan petani juga mulai banyak yang panen,” kata Arum Sabil pada Radio Suara Surabaya.
Di Jawa Timur sendiri, kata dia, tiap tahunnya memproduksi gula hampir 1,2 ton dari luasan tanah sekitar 220 ribu hektar. Sedangkan konsumsi gula di Jawa Timur mencapai 550 ribu ton. “Harusnya kita surplus dan sisa ini yang bisa disuply ke daerah-daerah yang tidak punya pabrik gula,” ujar dia.
Dan kalau kondisi saat ini tiba-tiba harga gula naik, lanjut dia, tidak semata-mata hanya gula yang belum didistribusikan. Tapi ini memang jadi kesempatan tengkulak yang memainkan peranan ini.
“Impor sebenarnya menjadi ancaman bagi tengkulak karena harga gula akan menjadi stabil,” katanya.
Dengan kondisi ini diharapkan peran pemerintah misalnya Bulog yang harus diberdayakan untuk mencari solusi terbaik. “Pemerintah itu sebagai penyeimbang yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari petani,” katanya. (dwi/rst)