Komoditi pisang khas Lumajang, baik Pisang Agung maupun Pisang Mas Kirana yang saat ini telah berkompetisi di pasar nasional dan diekspor ke sejumlah negara Asean, telah menarik minat petani dari daerah lain untuk ikut mengembangkannya. Banyak pesanan bibit pisang dari berbagai daerah kepada para petani, khususnya di wilayah lereng Semeru.
“Saya minta Kepala Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Lumajang (Is Paiman, red) untuk mengendalikannya. Caranya, patenkan bibit pisang yang dijual ke luar daerah untuk menjaga kebutuhan bibit pisang di dalam daerah sendiri,” kata Asat Malik, Bupati Lumajang, ketika ditemui Sentral FM di Desa Burno, Kecamatan Senduro, Selasa (31/5/2016).
Paten itu, masih menurutnya, dilakukan dengan menerapkan standardisasi bibit pisang yang boleh dijual. Semisal, tinggi, kualitas dan lainnya. “Meski, patut diyakini jika pisang asli Lumajang ini jika ditanam di daerah lain di luar wilayah lereng Semeru tidak akan sebaik komoditi budidaya yang dihasilkan petani Lumajang sendiri. Baik ukuran, rasa dan lainnya,” kata dia.
Kekhasan pisang khas Lumajang, kata dia, ditopang karena wilayah budidaya di ketinggian tertentu dengan kontur tanah yang memang cocok untuk membudidayakannya.
“Produk pisang kita ini akan semakin dikenal, bukan hanya dihasilkan di sini (Lumajang, red), juga dari daerah lain. Yang menonjol lagi, ada komoditi pisang yang dibudidayakan di Lumajang dan tidak ada di daerah lain, yakni pisang Songgolangit yang menjadi ikon lain dari pisang asal Lumajang,” kata dia.
Sayangnya, untuk keripik pisang yang menjadi ciri khas Lumajang saat ini ternyata malah kekurangan bahan baku. Pisang agung harganya mahal di tingkat petani dan jumlahnya juga terbatas, sehingga kalangan Industri Kecil Menengah sulit mendapatkan bahan bakunya.
“Jangan-jangan, bahan baku pisang agung yang dihasilkan petani di Lumajang banyak dijual juga ke luar daerah. Bahkan bibit pisang agung juga turut dijual besar-besaran. Nah ini yang menjadi masalah lainnya. Jadinya, Lumajang kekurangan kekurangan komoditi pisang agung yang seharusnya bisa dikelola untuk nilai tambah masyarakat, seperti industri keripik itu. Makanya, jangan dijual semua,” kata dia. (her/fik)