Selasa, 26 November 2024

Ribuan Muallaf Suku Tengger Lereng Semeru Suka-Cita Sambut Ramadhan

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Ada pemandangan lain yang diperlihatkan ribuan muallaf Suku Tengger di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang menyambut Ramadhan 1437 Hijriah ini. Warga yang belum lama memeluk Islam di pedesaan lereng Gunung Semeru ini terlihat sangat antusias dan bersemangat dengan datangnya bulan suci ini.

Ustadz Didin Prastanto, seorang dai yang menjadi pembimbing rohani Islam masyarakat Suku Tengger di daerah yang dikenal sebagai Desa di Atas Awan tersebut kepada Sentral FM, Senin (6/6/2016), mengatakan bahwa memasuki Ramadhan hari pertama ini, banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat muallaf Suku Tengger di Desa Argosari.

“Persiapannya, mereka sudah mulai membikin kue untuk keperluan Ramadhan atau yang mereka sebut Nampani Poso. Masyarakat muallaf di Desa Argosari terlihat penuh semangat menyambut Ramadhan,” katanya.

Selain membuat kue, masih menurutnya, ada juga muallaf Suku Tengger lainnya yang harus turun menempuh perjalanan belasan kilometer ke wilayah Kecamatan Senduro untuk berbelanja berbagai keperluan logistik yang dibutuhkan selama menghadapi puasa.

“Ada yang membeli sarung, mukena untuk persiapan tarawih. Mereka terpaksa harus turun ke wilayah Kecamatan Senduro yang berjarak belasan kilometer dari Argosari untuk membeli berbagai kebutuhan tersebut. Kebutuhan lainnya yang dibeli, diantaranya roti, beras, yang sifatnya jangka panjang selama Ramadhan agar tidak banyak turun ke Senduro,” katanya.

Untu menu sahur pertama kalinya tadi, Ustadz Didin Prastanto mengungkapkan, karena keseharian para muallaf ini tingkat perekonomiannya berada di bawah garis kemiskinan atau fakir, cukup dengan sayur kubis, sambel dan kentang goreng saja. Kenting itu digoreng dalam keadaan bulat tanpa dipotong terlebih dulu hingga bentuknya menyerupai telur.

“Ada juga di antara mereka yang sahur dengan lauk istimewa, yakni ikan asin, sambel dan sayur. Menu itu yang paling istimewa di Desa Argosari. Kalau bagi jamaah yang tingkat perekonomiannya tergolong mampu, maka akan turun ke Kecamatan Senduro untuk membeli lauk pauk yang lebih wah. Seperti contohnya daging ayam atau daging sapi untuk keperluan beberapa hari ke depan,” ujarya.

Persiapan logistik untuk menghadapi Ramadhan ini, lanjutnya, memang terkesan dipersiapkan matang karena mereka paham membutuhkan nutrisi yang lebih guna menghadapinya. Sebab, para muallaf ini sehari-harinya bekerja sebagai petani sayur. Mereka harus bekerja seharian penuh keesokan harinya dalam kondisi berpuasa. “Agar kuat untuk bekerja siangnya, maka nutrisi yang mereka asup harus mencukupi. Mereka paham betul hal ini,” katanya.

Ustadz Didin Prastanto yang telah 10 tahun berdakwah di Desa Argosari menyebutkan, antusiasme para muallaf dalam menghadapi Ramadhan, juga terlihat dari banyaknya anak-anak dan orang tua yang datang ke masjid saat ibadah tarawih digelar tadi malam, Minggu (5/6/2016).

Bahkan setelah tarawih, anak-anak sudah mulai menginap di masjid lagi. Karena kebiasaannya mereka tetap berada di masjid selama ramadhan dan tidak pernah pulang. “Ini khusus untuk untuk anak-anak muallaf Suku Tengger di sana. Kalau bapak-bapaknya, setelah tarawih juga nginap di masjid sampai Subuh saja. Setelah itu mereka pulang untuk bekerja di kebun,” ujarnya.

Dengan kebiasaan menginap di Masjid tersebut, para ustadz dan dai yang menjadi pembimbing rohani para muallaf ini pun merasa memiliki tanggung-jawab juga untuk menyediakan makaman bagi jamaahnya. Terutama ketika anak-anak buka puasa di masjid, Maghrib nanti akan disiapkan makanan berbuka puasa. Demikian pula untuk makanan bersantap sahur di masjid, juga disiapkan konsumsinya. Para dai ini tidak pernah kerepotan dan kekurangan.

Di Desa Argosari, saat ini terdapat 4 masjid yang menjadi pusat ibadah para muallaf Suku Tengger lereng Semeru. Diantaranya, Masjid Jabal Nur di Dusun Gedok Puncak dengan jamaah lebih dari 100 orang muallaf, Masjid At Taqwa di Dusun Gedok Bawah dengan jamaah mencapai 400 orang karena umat muslimnya mayoritas.

“Selain itu, Masjid Al Hidayah di Dusun Bakalan dengan jamaahnya hampir 200 orang dan Insyaallah ramadhan tahun ini bertambah lagi. Terakhir, Masjid Baiturcohmah di Dusun Pusung Duwur yang merupakan masjid baru dengan jamaahnya tidak sampai 100 orang. Di setiap Masjid ada dai pendampingnya masing-masing. Insyallaah selama Ramadhan sudah terkondisikan dengan baik. Di masing-masing Dusun, antusiasme dan semangat para muallaf menghadapi Ramadhan sangat luar biasa,” ujarnya.

Untuk level pemahaman para muallaf tentang Agama Islam, Ustadz Didin Prastanto menguraikan, sejauh ini memang telah dikenalkan puasa sunnah dan lainnya. Ini dikarenakan para muallaf ini bervariasi waktu belajar dan masuk Islamnya. Ada muallaf yang baru beberapa hari menjadi muslim, ada yang beberapa bulan dan ada juga yang cukup lama.

Bahkan di Masjid Al Hidayah Dusun Bakalan, Desa Argosari, belum genap dua bulan ini dinikahkan pasangan muallaf yang pertama. Pemakaman muallaf yang pertama juga dilakukan di sana belum lama ini. Dan peristiwa itu bersejarah karena menjadi yang pertama kalinya.

“Intinya, kita mengenalkan masjid kepada para muallaf ini tidak hanya untuk urusan sholat saja. Saya menawarkan kepada jamaah, ketika ada suadara muallaf yang meninggal untuk di sholatkan di Masjid. Tapi alasannya anak-anak dikhawatirkan takut, maka di tunda dulu. Tapi, untuk pernikahan muallaf pertama di gelar di Masjid,” ujarnya.

Saat ini, jumlah muallaf di Desa Argosari sudah mencapai lebih dari seribu orang. Bahkan ada muallaf di Dusun Bakalan ada 6 calon jamaah haji akan berangkat ke tanah suci. Tahun 2017 ini ada 2 jamaah dan lainnya bertahap menyusul.

“Alhamdulillah perkembangan dakwah sudah cukup menggembirakan. Psikologi masyarakat sana. Ketika seseorang menguikuti hal yang baru, yang lain akan mengikuti. Contohnya berangkat haji, jika ada satu orang yang berangkat, lainnya mengikuti. Ini menguntungkan juga dengan gerak dakwah kita. Karena satu kita ketuk hatinya, yang lain akan berbondong-bondong mengikuti,” kata ustadz Didin Prastanto. (her/ipg)

Teks Foto :
– Ustadz Didin Prastanto, da`i di pemukiman warga Suku Tengger Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang bersama para muallaf.
Foto : Sentral FM

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
28o
Kurs