Sepanjang pesisir selatan Lumajang terus diterjang gelombang pasang setinggi 3 meter lebih terutama bagi warga yang bermukim dekat pesisir pantai. Diantaranya, warga di pemukiman nelayan dekat TPI (Tempat Pendaratan Ikan) yang rumahnya terendam banjir akibat gelombang pasang yang disertai abrasi pantai, Rabu (8/6/2016).
Kondisi pemukiman warga semakin parah karena air sungai Piri juga meluap karena debitnya naik setelah diguyur hujan deras. Akibatnya, ratusan warga di dua RT wilayah TPI Tempursari pun terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Termasuk juga warga di Tempurejo Timur dan Bulurejo Timur turut terdampak banjir ini.
Hendro Wahyono Plt Kepala BPBD Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM mengatakan, sebanyak 300 orang perempuan, lansia (lanjut usia) dan anak-anak diungsikan. “Sedangkan untuk bapak-bapaknya tetap bertahan untuk mengamankan rumah dan warungnya,” katanya.
Banjir ini, masih katanya, terjadi karena gelombang pasang yang terus terjadi di sertai luapan air sungai yang debitnya meningkat akibat hujan. “Dengan kondisi begitu, maka ini murni karena bencana. Kami telah mengerahkan Tim Reaksi Cepat (TRC) ke lokasi untuk melakukan penanganan awal dan verifikasi kerusakan serta kerugian yang terjadi,” katanya.
Sedangkan untuk penanggulangan pasca bencana, lanjutnya, masih akan dilakukan kajian. Karena posisi pemukiman warga memang berada di dekat dengan pantai. “Sementara, kondisi gelombang pasang masih tetap tinggi. Maka kita tetap meminta warga untuk bertahan di pengungsian sementara waktu ke depan smapai situasi aman,” paparnya.
Dampak lainnya adalah lahan pertanian warga yang turut terendam banjir sehingga terancam gagal panen alias puso. Padahal di lahan itu telah ditanami padi yang berusia beberapa bulan. “Untuk penanganannya, kita akan koordinasikan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang,” terangnya.
Syamsul warga TPI Tempursari mengatakan, bahwa kondisi banjir tempursari saat ini semakin parah karena luapan air sudah melampuai jembatan Kaligodek. Sehingga air terus menggenangi pemukiman warga dan semakin tinggi debitnya.
“Air sudah tinggi, sehingga tidak mungkin bertahan di rumah. Warga sudah dievakuasi ke luar wilayah TPI Tempursari. Banjir baru terjadi pagi tadi, dan warga panik untuk menyelamatkan diri serta harta bendanya. Warga diungsikan ke saudara dan tetangga Desa lainnya,” katanya.
Sunarto Camat Tempursari secara terpisah menyampaikan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Lumajang untuk menangani bencana banjir ini. “Saya cek sendiri, lapangan Desa Tegalrejo sudah tergenang banjir juga. Ini saya masih di lapangan melakukan koordinasi-koordinasi,” kata Camat Tempursari.
Bencana banjir juga meluas hingga wilayah Kecamatan Kunir dan Kecamatan Yosowilangun, dimana puluhan hektar lahan pertanian milik warga tergenang air hingga ketinggian lebih dari satu meter. Di sana, banjir terjadi akibat tanggul sungai di Desa Jatirejo, Kecamatan Kunir jebol. Banjir terjadi mulai pukul 04.00 WIB yang disebabkan hujan dengan intesitas deras mulai senin sore sampai selasa pagi.
Tingginya debit air di sungai setempat, mengikis tanggul Sungai Bandar yang mengarah ke Dam Koyip di Dusunj Jatiagung, Desa Jatirejo hingga akhirnya ambrol. Tanggul yang jebol sepanjang 10 meter dengan lebar 2 meter. Akibat banjir genangan ini, 70 hektar sawah dengan tanaman padi berusia 20 sampai 30 hari di Desa Jatirejo, Kecamatan Kunir dan Desa Darungan, Kecamatan Yosowilmgun tergenang. Selain itu, satu hektar lahan tanaman jeruk siap panen juga turut tergenang.
“Tindakan darurat yang kami lakukan diantaranya mengerahkan TRC ke lokasi untuk melakukan penagannan awal dan verifikasi kerusakan serta kerugiannya. Kami juga telah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Jatirejo, Kecamatan Kunir untuk melakukan upaya penanggulangan. Caranya mungkin akan segera disiapkan karung pasir untuk menahan tanggul yang jebol melalui kerja bhakti,” pungkas Hendro. (her/dwi)
Teks Foto :
1. Potret banjir di wilayah Kecamatan Tempursari.
2. Ratusan hektar lahan pertanian di Kecamatan Yosowilangun juga terendam banjir akibat tanggul jebol.
Foto : Sentral FM.