Ancaman gelombang pasang yang berdampak banjir rob di sepanjang pesisir selatan Lumajang hingga hari ini, Jumat (10/6/2016), masih terus berlanjut. Ratusan KK (Kepala Keluarga) warga pemukiman nelayan di Kecamatan Tempursari dan Pasirian terpaksa harus meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Paryono Kepala Bidang Kedauratan, Rekontruksi dan Rehabilitasi BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM mengatakan, saat ini warga yang mengungsi masih bertahan di lokasi yang ditentukan. Diantaranya ada 44 KK warga di Desa Bulurejo yang tetap bertahan di lokasi pengungsian bangunan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) setempat.
Bahkan ada warga di Dusun Tegalbanteng, Desa Tegalrejo yang tetap bertahan di Musholla. “150 KK warga lainnya terpantau mengungsi ke rumah tetangga Desa dan saudaranya yang lebih aman. Dan mereka masih bertahan di sana karena potensi gelombang pasang masih terus mengancam. Kami memprediksi sampai 5 hari ke depan gelombang yang berdampak banjir rob ini masih akan terus terjadi,” katanya.
Dan imbauan BPBD Kabupaten Lumajang agar warga tetap di pengungsian ini, juga senada dengan keinginan warga sendiri. Pasalnya, warga juga terlihat trauma dengan gelombang pasang yang terjadi.
“Sebab, selama ini tidak pernah terjadi gelombang seperti itu. Warga ketakutan dan mengira itu adalah awal dari bencana tsunami. Sampai hari ini, warga tetap ketakutan saat mendnegar kerasnya suara ombak dari laut. Bahkan anak-anak juga sering menangis,” ujarnya.
Dengan kondisi demikian, BPBD Kabupaten Lumajang pun membuka posko siaga dalam skala tertentu di tempat-tempat pengungsian warga. Bahkan mulai hari ini juga telah didirikan tenda untuk menampung jumlah pengungsi yang terus bertambah. “Kita juga mengoperasionalkan sekretariat di sana,” ujarnya.
Bantuan untuk para pengungsi ini, juga berdatangan dari PMI (Palang Merah Indonesia) yang juga mendirikan Posko di sana. BPBD Kabupaten Lumajang hari ini juga akan mendistirbusikan bantuan tempat tidur dan selimut untuk warga.
Guna menjamin logistik pengungsi, BPBD Kabupaten Lumajang juga menyiapkan makanan siap saji bagi mereka. “Logsitik makanan siap saji ini, tidak hanya untuk warga Tempursari saja. Tapi juga dikirimkan ke pantai Watupecak dan pantai Dampar yang sama-sama terdampak,” katanya.
Menariknya, meski kondisinya mengungsi dari bencana gelombang pasang, namun para orangtua tetap melakukan tugas rutinnya mencari nafkah. Sejak Subuh, para orangtua terlihat meninggalkan tempat pengungsian untuk bekerja. Ada yang menjadi kuli di sawah dan ada pula yang menekuni pekerjaan lainnya sebagai buruh, guna mengais rejeki.
“Namun sebelum adzan Dhuhur, mereka sudah kembali lagi ke pengungsian. Begitu setiap harinya. Sehingga kalau para orangtua meninggalkan pengungsian, personil TRC (Tim Reaksi Cepat) yang kita tugaskan di sana ganti menjaga barang-barang mereka, termasuk anak-anak pengungsi ini,” kata Paryono.
Sementara itu Syamsul, salah-seorang warga Kecamatan Tempursari menyampaikan, ancaman gelombang pasang sesuai kebiasaan terjadi pukul 11.00 WIB sampai 12.00 WIB. “Situasi gelombang pasang belum normal, karena ada puncaknya memasuki pertengahan hari. Meski, gelombang sudah tidak setinggi kemarin. Banjir robnya juga tidak separah sebelumnya. Tapi kami memperkirakan masih ada banjir rob susulan, ini berdasarkan kebiasaan,” katanya.
Untuk rumah yang terdampak gelombang pasang, mulai dibongkar oleh warga. Rumah itu dibongkar untuk persiapan dipindah ke lokasi baru yang lebih aman.
“Karena warga tidak berani kembali menempati lokasi yang terkena banjir. Pembongkaran itu seperti dilakukan warga di dekat TPI (Tempat Pendaratan Ikan) Tempursari. Karena warga trauma, sehingga dilakukan pembongkaran untuk dipindah ke tempat baru. Untuk mengantisipasi bencana susulan, kalau malam warga yang laki-laki melakukan kontrol di pesisir,” kata Syamsul. (her/ipg)
Teks Foto :
– Pengungsian warga pesisir Lumajang akibat terjangan gelombang pasang yang berdampak banjir rob.
Foto : Sentral FM