Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) menginovasikan duramater (lapisan otak) buatan berbahan dasar air kelapa untuk menangani cedera kepala.
Kelima mahasiswa prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair tersebut adalah Inas Fatimah, 21 tahun; Fadila Nashiri, 22 tahun; Karina Dwi Saraswati, 22 tahun, Andini Isfandiary, 22 tahun; dan Fathania Nabilla, 20 tahun.
Inas Fatimah ketua tim menjelaskan, sejumlah 60 persen kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dimulai dengan terjadinya cedera kepala. Cedera inilah yang membuat duramater robek, sehingga terjadi akumulasi darah antara duramater dan permukaan dalam tengkorak (inner surface). Untuk itulah dibutuhkan pembedahan dengan penggantian lapisan otak berupa duramater artificial.
Duramater yang selama ini digunakan adalah duramater yang terbuat dari silikon. Padahal duramater yang terbuat dari silikon ini bersifat toksik, sehingga tidak aman apabila diaplikasikan ke dalam tubuh. Oleh karena itu dengan arahan dosen pembimbing Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., kelima mahasiswa tersebut mencoba membuat duramater artficial yang bersifat biokompatible, sehingga dapat diterima oleh tubuh.
“Kami mencoba memanfaatkan limbah yang selama ini dibuang yaitu air kelapa, sehingga dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat untuk digunakan sebagai lapisan otak buatan,” ujar Inas seperti dalam rilis yang diterima suarasurabaya.net, Rabu (15/6/2016) siang.
Prosesnya, kata Inas, air kelapa itu difermentasikan dengan Acetobacter xylinum sehingga menjadi selulosa bakteri, yang kemudian ditambahkan kolagen untuk meningkatkan biokompabilitas, dan memicu pertumbuhan sel serta mengontrol kuat tariknya.
Inas menambahkan, kedepannya duramater ini akan dikembangkan untuk uji coba aplikasi pada hewan.
Penelitian yang dikemas dalam judul “Inovasi Duramater Artifisial Selulosa Bakteri – Kolagen Dengan Plasticizer Pada Kasus Trauma Kepala” ini berhasil menarik perhatian Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti.(iss/ipg)
Teks Foto:
-. Durameter buatan yang menyerupai kertas tisu.
Foto: Unair.