Kasus hilangnya AL, 14 tahun, warga Surabaya, menjadi pembelajaran buat orang tua. Sebab, saat AL ditemukan bersama DM, pemuda yang masih berusia 16 tahun.
Saat dimintai keterangan polisi, AL mengaku, kurangnya mendapatkan perhatian orang tua. “Selama ini kedua orang tuanya itu bekerja. Korban sendiri, selalu sendirian, dan tidak mendapatkan perhatian,” kata Kompol Arisan Kapolsek Wonokromo, kepada suarasurabaya.net, Selasa (21/6/2016).
Tidak hanya itu, saat korban berada di rumah, kedua orang tuanya ketika datang dari kerja sering memarahinya.
Bahkan, korban ketika sudah pulang sering dilarang keluar dari rumah. Sehingga, korban berbuat nekat hingga kabur dari rumah, selama lima hari.
Perilaku korban menjadi liar, mencari seorang pemuda yang baru dikenalnya. Sebab, begitu sudah kabur, korban membuka akun media sosial dan melakukan chatting dengan beberapa temannya.
Ternyata hanya ada dua orang yang berhasil. Pertama adalah lelaki yang baru dikenalnya itu menjemput korban. Kemudian mengajak hubungan intim dengan korban.
“Setelah selesai berhubungan intim, lelaki yang menjemput korban itu pergi. AL sendiri bingung kembali, dan chatting melalui media sosial, dan terhubung dengan DM. Yang setelah itu korban dibawa ke rumah DM yang ditetapkan tersangka ini,” ujar dia.
Berawal dari hal tersebut, DM yang baru dikenal 1,5 bulan, mengajak korban melakukan hubungan intim layaknya suami istri sebanyak dua kali. Selain itu, korban juga curhat pada tersangka, kalau masih tidak ingin pulang ke rumahnya.
“Dengan alasan sering dimarahi oleh orang tua, mendapatkan tekanan. Sehingga korban langsung menjajakan dirinya sendiri dengan minta tolong pada tersangka,” kata Arisandi.
Atas permintaan korban, DM kemudian membuat akun media sosial, menjual korban dengan tarif Rp300 ribu hingga Rp600 ribu. Akun tersebut menyebar dan masuk sosial media Facebook e100 milik Suara Surabaya yang kemudian diselidiki oleh polisi, lantaran mendapatkan laporan dari orang tua AL, kalau AL sudah lima hari tidak pulang.
“Saat dilakukan penyelidikan itulah, korban ditemukan di tempat kos Petemon, dan semua terungkap mengenai kehidupan keluarga korban itu seperti apa,” ujarnya.
Sementara, korban saat berada di kantor polisi Polsek Wonokromo sendiri, enggan menatap orang tuanya. Justru, tantenya yang selalu mendampingi korban. Sebab, korban sendiri masih mengalami traumatik psikologi. (bry/ipg)