Pemkot Surabaya kelimpungan menghadapi harga gula pasir yang masih tinggi, padahal stok di gudang melimpah. Pemkot mengklaim, para pedagang gula berjanji menurunkan harga pada H-7 Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah.
Widodo Suryantoro Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Surabaya mengatakan, Pemkot telah berupaya mengintervensi harga gula pasir sejak sebelum puasa.
“Padahal sudah 40 ton gula murah dari distributor kami salurkan ke masyarakat berpendapatan rendah dan permukiman padat penghuni,” ujarnya di sela-sela Pasar Ramadhan di Tegalsari, Jumat (24/6/2016).
Widodo memastikan, tidak ada penimbunan gula di Surabaya yang mengakibatkan harga tetap tinggi. Sebab Disperdagin Surabaya telah mengecek lima gudang yang ada di Surabaya, dan stok memang melimpah.
“Kalau penimbunan tidak. Karena supply-nya malah over. Kami sudah cek ke gudang Romokalisari, Kenjeran, Gununganyar, Wonokromo, dan Wiyung. Makanya kami heran kok penurunan harganya lambat sekali,” katanya.
Widodo mengatakan, penyebab masih tingginya harga gula pasir di kisaran Rp16 ribu per kilogram, dari sebelumnya antara Rp17 ribu dan Rp18 ribu per kilogram, adalah masa panen tebu yang tertunda.
“Memang panennya baru akhir Juni ini hingga nanti bulan Juli,” ujar Widodo.
Selain itu, Disperdagin telah berkomunikasi dengan pedagang pengecer gula di pasaran Surabaya. Sebagian besar pengecer, kata Widodo, beralasan masih memiliki stok gula harga lama.
“Jadi, mereka itu membeli gula dari pabrik gula dengan harga Rp14.500 per kilogram. Makanya dijual di pasaran menjadi Rp15.500 sampai Rp16 ribu per kilogram,” katanya.
Disperdagin berupaya menekan pedagang agar menurunkan harga di sekitaran Rp13 ribu per kilogram sebagaimana harga gula Operasi Pasar yang dijual langsung oleh Pemkot Surabaya dari distributor.
“Mereka meminta izin menghabiskan stok lama. Para pedagang ini berjanji kepada kami menurunkan harga pada H-7 lebaran,” ujarnya.
Sementara, untuk harga bahan pokok selain gula pasir, Widodo menyatakan hampir seluruhnya sudah terkendali. Harga telur dari Rp20 ribu hingga Rp21 ribu per kilogram kini sudah turun menjadi Rp19 ribu per kilogram.
“InsyaAllah bulan depan ini harga telur turun lagi menjadi Rp18 ribu per kilogram. Karena kami gelontor terus dengan telur operasi pasar,” katanya.
Namun, Pemkot masih angkat tangan soal harga daging yang menurut Widodo adalah masalah nasional. Widodo mengklaim Pemkot telah mengintervensi pasar daging dengan daging dari Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya seharga di bawah Rp100 ribu.
“Daging masalah nasional ya. Tapi kami sudah jual, seperti di Pasar Ramadhan ini, daging dengan harga di bawah Rp100 ribu,” katanya. Daging tersebut, menurut Widodo, bukan merupakan daging impor.(den/ipg)