Harga minyak dunia “rebound” pada Rabu (29/6/2016) pagi, diuntungkan dari kenaikan sama yang mengangkat pasar-pasar ekuitas yang telah jatuh sejak keputusan mengejutkan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.
Keputusan Brexit pada Kamis (23/6/2016) tidak hanya mengirim seluruh pasar keuangan dunia meluncur, harga minyak juga mundur dan pound Inggris merosot ke posisi terendah 30-tahun.
Tetapi para analis telah memperkirakan pembalikan tren tersebut di beberapa titik.
“Setelah penurunan tajam di seluruh komoditas energi, ekuitas dan berbagai mata uang dalam beberapa hari terakhir, hari ini adalah hari kita memiliki reli, dengan pasar melihat rebound yang tak terelakkan,” kata Matt Smith analis dari ClipperData.
“Ada reaksi-reaksi sangat besar di semua pasar modal setelah pilihan Brexit mengejutkan,” kata analis Patrick OHare Briefing.com.
“Ada keyakinan awal pada saat ini, bahwa reaksi-reaksi itu berlebihan dalam jangka pendek, sehingga ada beberapa aktivitas perburuan harga murah yang terjadi di pasar kelebihan jual (oversold) dan beberapa aksi ambil untung yang terjadi di pasar kelebihan beli (overbought).”
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 1,52 dolar AS menjadi berakhir di 47,85 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik 1,42 dolar AS menjadi menetap pada 48,58 dolar AS per barel di perdagangan London.
Pergerakan Selasa juga berakhirnya kenaikan beruntun dolar AS setelah Brexit. Melemahnya dolar meningkatkan permintaan minyak, yang dijual dalam mata uang AS di pasar internasional.
Analis mengatakan pasar minyak juga didorong oleh kekhawatiran tentang potensi pemogokan dalam industri minyak Norwegia, yang dapat mempengaruhi hanya di bawah 20 persen dari produksi minyak negara Skandinavia itu.
Pemulihan harga minyak juga didukung pertemuan para pemimpin Uni Eropa di Brussels pada Selasa untuk pertemuan dua hari guna membahas keputusan Inggris meninggalkan blok itu, meningkatkan spekulasi bahwa pembuat kebijakan dapat mengambil langkah-langkah untuk membatasi dampaknya terhadap ekonomi, demikian dikutip Antara dari Xinhua.(ant/iss/ipg)